Monday, 6 March 2017

MAKALAH AKHLAK TERHADAP KELUARGA DAN MASYARAKAT Disusun oleh: Kelompok 11 1. Ilyas syarif (16.0101.0044) 2. Ida kurniyawati (16.0101.0047) FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI MANAJEMEN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG 2016/2017  Kata Pengantar Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan. Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Magelang, November 2016 Kelompok 11 Penulis   DAFTAR ISI   BAB 1 Pendahuluan 1.1 latar belakang Sebagai seorang muslim yang baik kita tentu tau bahwa ahlak terhadap orang tua merupakan sesuatu hal yang sangat penting . karena, orang tua adalah orang yang mengenalkan kita pada dunia dari kecil hingga dewasa. Dan setiap orang tua pun pasti mempunyai harapan terhadap anaknya agar kelak menjadi anak yang sukses, berbakti kepada kedua orang tua serta menjadi lebih baik dan sholeh. Maka dari itu jika kita mamang seorang muslim yang baik hendaknya kita selalu berbakti kepada kedua orang tua kita. Melakukan apa yang telah di perintahkan oleh orang tua dan pantang untuk membangkang kepada orang tua. Kepada umat manusia , khususnya yang beriman kepada Allah SWT diminta agar akhlak dan keluhuran budi Nabi Muhammad SAW. Di jadikan sebagai contoh dalam kehidupan di berbagai bidang. Perhatian terhadap pentingnya akhlak kini muncul kembali, yaitu di saat bangsa Indonesia di hadapkan pada masalah moral dan akhlak yang cukup serius , yang kalau di biarkan akan menghancurkan masa depan bangsa Indonesia sendiri. 1.2. Rumusan Masalah a. Apa pengertian akhlak ? b. 1.3.Tujuan Untuk memenuhi tugas makalah pada materi pembelajaran aqidah akhlak. serta untuk mengetahui tentang akhlak yang lebih mendalam dalam ruang lingkup akhlak kepada keluarga (orang tua). BAB 2 Pembahasan A. Pengertian Akhlak Akhlak berasal dari bahasa arab yaitu Al-khulq, Al-khuluq yang mempunyai arti watak, tabiat. Secara Istilah Akhlak menurut Ibnu MaskawiAkhlak adalah sesuatu keadaan bagi jiwa yang mendorong ia melakukan tindakan-tindakan dari keadaan itu tanpa melalui pikiran dan pertimbangan. Sedangkan yang dimaksud kedua orang tua adalah Bapak Ibu baik itu dari keturunan (Nasab) atau susuan, baik keduanya orang muslim ataupun kafir, termasuk juga kedua orang tua adalah nenek dan kakek dari kedua belah pihak. Jadi akhlak kepada Orang Tua adalah Menghormati dan menyayangi mereka berdua dengan sopan santun dan berbakti kepada keduanya dalam keadaan hidup dan dalam keadaan sudah meninggal dunia. Akhlak merupakan pembinaan budi pekerti anak sehingga menjadi budi pekerti yang mulia (akhlakul karimah). Proses tersebut tidak lepas dari pembinaan kehidupan beragama seorang anak secara total, akhlak mulia adalah suatu hal yang wajib dimiliki oleh setiap muslim, agar setiap muslim dapat memiliki akhlak mulia maka harus diajarkan. Orang tua berperan penting dalam pembentukan akhlak karena orang tua mempunyai kewajiban untuk menanaamkan akhlak karimah terhadap anak-anaknya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa akhlak baik tidak dapat terbentuk kecuali dengan membiasakan seseorang berbuat suatu pekerjaan yang sesuai dengan sifat akhlak itu. Kepribadian atau akhlak seseorang tidak terbentuk secara tiba – tiba. Terdapat suatu hukum yang universal dalam pembentukan akhlak, mulai dari perilaku sampai terbentuk sebuah akhlak. setiap muslim diuntut untuk mengenali akhlaknya dengan baik, agar dapat mengidentifikasi akhlak negative mereka, sehingga mereka dapat merubah akhlak negative tesebut sesuai dengan akhlak seorang muslim sejati. Untuk dapat mengenali dan merubah akhlak, kita harus mampu mengetahui bagaimana proses terbentuknya akhlak, hal - hal apa saja yang dapat mempengaruhi terbentuknya akhlak. Akhlak juga yang mengendalikan diri anak untuk melakukan perbuatan baik termasuk taat kepada Allah SWT, berbakti kepaada orang tua, hormt terhadap yang lebihtua, dan sayang antara sesama muslim. Ahlak yerhadap orang tua sangatlah penting karena semuanya sudah di nash kan oleh Allah SWT, didalam Al-Quran serta hadits-hadits nabi juga memerintahkan untuk berbakti terhadap orang tua. Berbakti kepada orang tua merupakan faktor utama diterimanya do’a seseorang, juga merupakan amal shaleh paling utama yang dilakukan oleh seorang muslim. Banyak sekali ayat Al-Qur’an ataupun Hadits yang menjelaskan keutamaan berbuat baik kepada kedua orang tua. Oleh karena itu, perbuatan terpuji ini seiring dengan nilai-nilai kebaikan untuk selamanya dan dicintai oleh setiap orang sepanjang masa. Salah satu keutamaan berbuat baik kepada kedua orang tua, disamping melaksanakan ketaatan atas perintah Allah SWT adalah menghapus dosa-dosa besar. B. Aspek-Aspek Akhlak Sikap keteraturan yang ditampakkan oleh Allah SWT dalam mengelola alam semesta serta keteraturan yang harus dimunculkan ketika beribadah harus terimplementasi dalam kehidupan berkeluarga. Seorang kepala keluarga berkewajiban mengatur dan mengelola sistem yang akan diberlakukan di dalam keluarganya tersebut. Sistem yang dibangun tersebut seyogyanya mengakomodasi kepentingan-kepentingan anggota keluarganya secara keseluruhan, dan sebagai konsekwensinya seluruh anggota harus mempunyai komitmen untuk tidak keluar dari peraturan yang disepakati, sehingga dengan demikian diharapkan terjadi keharmonisan di antara anggota keluarga tersebut. Beberapa sikap yang harus dimunculkan oleh setiap anggota keluarga tersebut diantaranya: 1. Tanggung jawab Seperti telah diungkapkan sebelumnya bahwa keluarga – sebagaimana halnya bangsa – tidak dapat hidup tenang dan bahagia tanpa suatu peraturan, kendali dan disiplin yang tinggi. Kepincangan dalam menerapkan peraturan mengakibatkan kepincangan kehidupan. Memimpin rumah tangga adalah sebuah tanggung jawab, demikian juga memimpin bangsa. Rasulullah SAW bersabda: “Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap kamu akan dituntut pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” Tanggung jawab itu pun idealnya harus ditunjang dengan kemampuan di berbagai bidang termasuk kemampuan leadership (kepemimpinan), dan disadari ataupun tidak, sikap bertanggung jawab ini akan menjadi contoh atau tauladan bagi anggota keluarga yang lain, karena sikap bertanggung jawab ini tidak hanya dibutuhkan oleh sang pemimpin tapi juga harus menjadi karakter setiap anggota keluarga, bahkan seluruh anggota masyarakat dan bangsa. 2. Kerjasama Dalam konteks yang lebih besar, kepemimpinan suatu bangsa misalnya tidak mungkin mencapai sukses apabila langkah-langkah pemimpin daerah tidak searah dengan kepemimpinan pusat. Kepemimpinan di setiap daerah itu sendiri pun tidak akan berjalan mulus jika bertentangan dengan kepemimpinan atau langkah-langkah keluarga, dan dalam lingkup yang lebih sederhana, kepemimpinan keluarga pun tentu tidak akan berdaya jika tidak ditunjang kerjasama dari seluruh anggota keluarga itu sendiri, dengan demikian keharmonisan serta keteraturan dalam sebuah keluarga akan sukses jika didukung oleh semua pihak yang terlibat di dalamnya. Dari keterkaitan-keterkaitan tersebut, terlihat jelas bahwa keteraturan yang di bangun dalam keluarga yang bersifat mikro sangat berpengaruh terhadap keteraturan keluarga dalam kontek makro, yaitu kehidupan berbangsa dan bernegara, dan jelaslah pula bahwa keluarga merupakan tulang punggung bagi tegaknya suatu bangsa. 3. Perhitungan dan Keseimbangan Kepemimpinan, betapapun kecil dan sederhananya, membutuhkan perhitungan yang tepat. Jangankan mengelola sebuah keluarga, mengurus satu penjamuan kecil pun mengharuskan adanya perhitungan, keseimbangan dan keserasian antara jumlah undangan, kapasitas ruangan, serta konsumsi dan waktu penyelenggaraan. Sangat tidak baik jika kemampuan material seseorang atau kapasitas ruangan yang tersedia hanya cukup untuk sepuluh orang misalnya sementara yang diundang seratus orang, tindakan tersebut tentu mengabaikan keseimbangan . Pengaturan dan keseimbangan dalam kehidupan keluarga dituntut oleh ajaran Islam. Hal tersebut lahir dari rasa cinta terhadap anak dan tanggung jawab terhadap generasi selanjutnya. Dalam al-Qur’an anak disebut sebagai “buah hati yang menyejukkan”, serta “Hiasan kehidupan dunia”. Bagaimana mungkin mereka menjadi “buah hati” dan “hiasan hidup” jika beban yang dipikul orang tuanya melebihi kemampuannya? Bukankah kita dianjurkan untuk berdoa: “Ya Tuhan kami, janganlah bebani kami apa yang tak sanggup kami pikul. 4. Disiplin Keteraturan-keteraturan seperti yang telah diungkapkan sebelumnya pada aspek ibadah, ternyata berkorelasi dengan sikap kedisiplinan. Keteraturan waktu shalat misalnya, membutuhkan sikap kedisiplinan bagi yang menjalankannya, tanpa kedisiplinan, kebermaknaan shalat menjadi berkurang, bahkan bisa jadi hilang. Begitupun ibadah-ibadah yang lain. Dalam kehidupan berkeluarga, sikap kedisiplinan ini begitu penting. Untuk mendapatkan kesejahteraan, seorang kepala keluarga perlu memiliki sikap disiplin dalam mengatur waktu untuk bekerja, ibadah dan istirahat, demikian juga seorang anak, untuk menggapai cita-citanya dia harus rela mendisiplinkan diri dan waktunya untuk belajar, bermain, ibadah dan istirahat. Tanpa kedisiplinan, keteraturan hidup susah tercapai. 5. Kasih sayang Di antara perasaan-perasaan mulia yang ditanamkan Allah di dalam keluarga adalah perasaan kasih sayang. Seorang ayah rela bekerja keras mencari nafkah tentu karena kasih sayang terhadap anak dan istrinya, seorang ibu tanpa mengeluh dan tak kenal lelah mengandung anaknya selama sembilan bulan, inipun dilandasi cinta dan kasih sayang kepada sang jabang bayi, bahkan setelah sang anak lahir, dia pun rela mengorbankan diri dan waktunya untuk membesarkan anaknya tersebut, serta masih banyak lagi contoh keajaiban dari kekuatan besar yang dinamakan cinta yang merupakan anugrah dari Allah SWT. Sejatinya, kekuatan besar tersebut melandasi seluruh aspek kehidupan berkeluarga, karena dengan cinta sesuatu yang berat akan terasa mudah. Dan sebaliknya, jika seseorang hatinya kosong dari cinta atau maka orang tersebut akan cenderung bersifat keras dan kasar, dan pada akhirnya bisa berakibat tidak baik bagi kelangsungan hidup berkeluarga, seperti timbulnya penyimpangan-penyimpangan dan lain sebagainya. Rasulullah SAW bersabda:“Tidaklah termasuk golongan kami, orang-orang yang tidak mengasihi anak kecil di antara kami dan tidak mengetahui hak orang besar di antara kami.” Walaupun cinta dan kasih sayang ini adalah sifat dasar yang harus dimiliki oleh setiap insan, tapi ternyata tidak semua orang mudah mendapatkannya, karena untuk mendapatkannya diperlukan sebuah perjuangan. Rasulullah SAW bersabda: “Allah menjadikan kasih sayang di dalam hati orang-orang yang dikehendaki-Nya dari para hamba-Nya. Dan sesungguhnya Allah hanya mengasihi hamba-hamba –Nya yang suka mengasihi.” Dengan demikian, perjuangan untuk mendapatkan kasih sayang-Nya adalah dengan berusaha sekuat tenaga dan terus menerus memancarkan kasih sayang kepada-Nya dan kepada sesama, karena semakin ia menyayangi atau mengasihi-Nya maka kasih sayang-Nya akan semakin ia dapatkan. . C. Dasar-Dasar Berbuat Baik kepada Kedua Orang Tua Dasar-dasar keharusan berbuat baik kepada kedua orang tua adalah: a. Al-Quran 1. Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nisa’: 36 Artinya: 36. sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri, 2. Allah berfirman dalam QS. Luqman: 14 Artinya: 14. dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. 3. Kita harus berbuat baik kepada kedua orang tua. Ibu telah mengandung dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah. Menyusui dan mengasuhnya selama 2 tahun. Bersyukurlah kepada Allah dan Orang tua. Jika kedua orang tua kita menyuruh berbuat dosa, maka jangan diikuti, tetapi tetaplah pergaulin keduanya didunia dengan baik[2]. Allah Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Ahqaf: 15 Artinya: (15). Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila Dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang berserah diri". b. Hadits 1. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Abdullah bin Mas’ud berkata: سَأَلْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: اَلصَّلاَةُ لِوَقْتِهَا قُلْتُ: ثُــمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قُلْتُ: ثُــمَّ أَيٌّ؟قَالَ: اَلْجِهَادُ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ. (رواه البخارى و مسلم) Artinya: “Aku bertanya kepada Rasulullah, apakah amal yang disukai Allah?’. Beliau menjawab ‘ sholat pada waktunya.’ Dia bertanya lagi, ‘kemudian apa?’ Beliau menjawab, ‘Berbuat baik kepada kedua orang tua.’ Dia bertanya lagi, ‘kemudian apa?’ Beliau menjawab, ‘Jihad pada jalan Allah’.” 2. Dalam sebuah riwayat disebutkan: Al-Bazar meriwayatkan dalam sebuah hadits dari Buraidah dari bapaknya bahwa ada seorang laki-laki yang sedang thawaf sambil menggendong ibunya, lalu dia bertanya kapada Nabi Muhammad “Apakah dengan ini sya sudah menunaikan haknya?” Beliau menjawab, “Belum walaupun secuil.” 3. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra.: عَنْ اَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ اِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَارَسُوْلَ اللهِ مَنْ اَحَقُّبِحُسْنِ صَحَابَتِيْ؟ قَالَ: أُمُّكَ قَالَ: ثُـمَّ مَنْ؟ قَالَ: أُمُّكَ قَالَ: ثُـمَّ مَنْ؟ قَالَ: أُمُّكَ قَالَ: ثُـمَّ مَنْ؟قَالَ: ثُـمَّ مَنْ؟ قَالَ: ثُـمَّ أَبُوْكَ(رواه البخارى و مسلم) Artinya: Dari Abu Hurairah ra berkata: seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW, ia berkata: Wahai Rasulullah, siapakah yang paling berhak untuk saya pergauli dengan baik? Nabi menjawab: “Ibumu”. Dia bertanya (lagi): lalu siapa? Nabi menjawab: “Ibumu”. Dia bertanya (lagi): lalu siapa? Nabi menjawab: “Ibumu”. Dia bertanya (lagi): lalu siapa? Nabi menjawab: kemudian bapakmu. (H.R. Al-Bukhori dan Muslim) 4. Dalam riwayat lain dari Abdullah bin Amr bin Ash dikatakan: عَنْ عَبْدِاللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَاعَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: رِضَااللهِ فِيْ رِضَاالْوَالِدَيْنِوَسُخْطُ اللهِ فِيْ َسُخْطِ الْوَالِدَيْنِ (اخرجه التّرمذى وصحّحه ابن حبّان والحاكم) Artinya: Dari Abdullah bin Amr bin Ash RA., dari Nabi SAW beliau bersabda:“Keridlaan Allah terletak pada keridlaan kedua orang tua, dan kemarahan Allah terletak pada kemarahan kedua orang tua”. (dikeluarkan oleh Tirmidzi dan dibenarkan oleh Ibnu Hibban) 5. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa “ Seseorang datang kepada NabiMuhammad kemudian meminta izin untuk mengikuti jihad. Beliau lalu bertanya, “Apakah kedua orang tuamu masih hidup?’ Dia menjawab, ‘ya’. Beliaupun mengatakan ,’pada keduanya, hendaklah engkau berjihad’’. D. Manfaat berbakti kepadaorang tua a. Diridhai oleh Allah SWT Dalam hadis Qudsi Allah swt berfirman: “Sesungguhnya yang pertama kali dicatat oleh Allah di Lawhil mahfuzh adalah kalimat: ‘Aku adalah Allah, tiada Tuhan kecuali Aku, barangsiapa yang diridhai oleh kedua orang tuanya, maka Aku meri¬dhainya; dan barangsiapa yang dimurkai oleh keduanya, maka Aku murka kepadanya.” (Jâmi’us Sa’adât, penghimpun kebahagiaan, 2: 263). b. Disayangi oleh Allah SWT Rasulullah saw bersabda kepada Ali bin Abi Thalib (sa): “…Wahai Ali, Allah menyayangi kedua orang tua yang melahirkan anak karena keberbaktiannya kepada mereka. Wahai Ali, barangsiapa yang membuat sedih kedua orang tuanya, maka ia telah durhaka kepada mereka.” (Al-Faqîh 4: 371) E. Dampak Durhaka Terhadap Orang Tua a. Diridhai oleh Allah Azza wa Jalla Dalam hadis Qudsi Allah swt berfirman: “Sesungguhnya yang pertama kali dicatat oleh Allah di Lawhil mahfuzh adalah kalimat: ‘Aku adalah Allah, tiada Tuhan kecuali Aku, barangsiapa yang diridhai oleh kedua orang tuanya, maka Aku meri¬dhainya; dan barangsiapa yang dimurkai oleh keduanya, maka Aku murka kepadanya.” (Jâmi’us Sa’adât, penghimpun kebahagiaan, 2: 263). b. Disayangi oleh Allah swt Rasulullah saw bersabda kepada Ali bin Abi Thalib (sa): “…Wahai Ali, Allah menyayangi kedua orang tua yang melahirkan anak karena keberbaktiannya kepada mereka. Wahai Ali, barangsiapa yang membuat sedih kedua orang tuanya, maka ia telah durhaka kepada mereka.” (Al-Faqîh 4: 371) F. Akhlak Seorang Muslim Terhadap Masyarakat Terciptanya masyarakat yang damai merupakan keinginan setiap warga negara,Islam pun menghendaki kedamaian,dengan saling toleransi, agar komunikasi terhadap sesame manusia lebih menonjol,karena tidak hanya Habluminallah sajah yang wajib kita perhatikan juga ada habluminannas yang merupakan aspek penting menjalani kehidupan ini dan habluminal’alam yang menuntut manusia untuk merawat serta menjaganya dengan penuh mengharap ridho-Nya. Untuk itu Al-quran menekannkan hubungan manusia dengan memuat lebih banyak ayat-ayat yang berbicara tentang ibadah sosial (ghairu mahdoh)daripada ibadah ritual (mahdoh). Kualitas ibadah seseorang dalam islam bisa dilihat dari cerminan tingkah laku atau etika dalam bergaul,berinteraksi serta karakter yang menonjol. Manusi harus mampu menegakkan keadilah apalagi melihat realitanya sekarang keadilan sangat di butuhkan dari mulai masyarakat kecil sampai para penjabat pun menuntut keadilan,seharusnya seorang manusia yang bertawadlo mampu mendorong serta berkeyakinan bahwa diri sendirinya adalah makhluk Allah yang wajib berbuat keadilan dimana-mana,maka dengan prinsip demikian tidak akan adalah para tikus Negara yang tak pernah berhenti menggerogoti karung sembako bangsa,tidak ada lagi perbedaan antara simiskin dan sikaya,karena semuanya akan sama dihadapan allah. Islam menggariskan bahwa akhlak muslim terhadap masyarakat adalah sebagi berikut : Senantiasa menegakkan keadilan di muka bumi.Syari’at islam telah memberikan Motivasi yang kuat kepada manusia untuk senantiasa 1. menegakkan keadilan ditengah masyarakat yang direalisasikan dalam suatu timbangan manusiawi yang mampu menempakan sesuatu seuai tempatnya (‘Adil).Ia harus tegak berdiri menegakkan keadilan dan menyuakan kebenarannya dimanapun ia berada dengan berpijak kepada keadaan,kebiasaan (‘adah) yanga ada disekelilingnya. Adil tidak berarti berdiri di tempat yang netral,melainkan memihak kepada kebenaran,dengan berpedoman kepada standar yang tetap,yakni nilai-nilai Ilahiyah.Menegakkan keadilan mengharuskan manusia untuk senantiasa berada di tengah perjuangan yang bukan hanya menghadapi orang lain berarti,menentukan sikap melalui argumentasi yang kuat,sedangkan menghadapi dirinya sendiri adalah menghilangkan subyektivitas yang selalu menyertai pikiran dan tindakannya. Rasulallah pernah bersabda قل لحق ولو كان مر “katakanlah walaupun itu pahit. Penjelasan di atas terlihat secara segnifikan bahwa kejujuran dan keadilan adalah dua karakteristik sifat yang wajib kita pakai ketika hidup dimasyarakat.karena dengan kejujuran maka keadilan pun akan muncul mengirinya. 2. Seorang muslim harus menjadikan masyarakat sebagai lapangan dakwah dan aktualitas nilai-nilai keislaman.Dengan ini maka setiap muslim harus menyadari sepenuhnya bahwa dakwah merupakan kewajiban yang harus ditunaikan karena بلغ ني ولو اية Sampaikanlah walaupun satu ayat. Maka didalam sebuah pergaulan masyarakat, seorang muslim senantiasa mengemban misi dan itu harus dipertahankan .Hal ini di dukung dengan al-qur’an Artinya : Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?"(Q.S. Al-fushshilat :33). Dakwah yang diterapkan Rasulallah adalah dengan cara yang seadil-adilnya tanpa menimbulkan permusuhan kepada para mustami’,Karena tidak ada paksaan pada diri rasulallah,dikategorikan dakwah yang baik menurut beliau,karena jika berdakwah tanpa terpaksa maka implementasinya pun tidak akan pernah ada paksaan,trik yang dilakukan rasulallha dalam berdakwah adalah sebagai berikut Artinya : Abu sa’id Alkhudry r.a. berkata:Saya telah Rasulallah SAW bersabda:Barang siapa yang antara kalian melihat kemungkaran,hendaklah dia merubahnya dengan tangannya dan bila tidak dapat maka dengan mulutnya (lisannya) , apabila tidak dapat maka dengan hatinya,dan itu selemah-lemahnya iman.(HR.Muslim). 3. Seorang muslim harus senantiasa melakukan amar ma’ruf nahy munkar.Artinya,seorang muslim tidak bisa menjadi seorang yang permisif,acuh tak acuh,cuek terhadap lingkungannya,Tetapi seorang muslim ketika berada di mana saja harus senantiasa mengajak terhadap kebaikan juga mencegah terhadap kemunkaran,yaitu suatu penyimpangan dari aturan yang telah digarisi oleh Allah dan rasul-Nya.Hal ini dilakukan sebagaimana kemampuan mulim tersebut,di dukung oleh Allah yaitu khairul ummah bahwa sebaik-baiknya manusia adalah yang masih mampu mengajak kepada Amar ma’ruf nahy munkar.Hal ini pun dikategorikan sebagai dakwah. Dikisahkan dari sejarah salah satu madzhab yang diikuti ajarannya oleh umat islam yaitu Imam Asy-Syafi’I,Beliau adalah seorang yang berakhlak baik lagi Tawadhu’.Orang-orang datang kepada beliau guna belajar adab dari beliau sebelum belajar ilmu,itu karena adab lah yang lebih penting dalam kehidupan. Suatu hari,al-Buwaithi menulis surat kepada ar-Rabi’ bin Sulaiman,yang isinya menceritakan sebagian akhlak Asy-Syafi’i.Ia berkata : “Sabarkan dirimu terhadap orang-orang asing dan baguskanlah dirimu terhadap orang-orang yang hadir dalam majelismu.Aku selalu mendengar Asy-syafi’I melantunkan syair Kuhinakan diriku kepada mereka Agar mereka merhormatinya Tidak ada menjadi mulia jiwamu yang tidak kau hinakan Dari kisah tadi dijelaskan bahwa seorang Imam mengajak jamahnya menghormati ajakan baik maka berendah dirilah dihadapan jama’ah aitu,jangan sekali-kali menunjukan kesombongan dan mesra menggurui terhadap para mustami’.Bertawadho’ lah seperti apa yang Allah perintahkan : 3. Seorang Muslim senantiasa mempunyai peran dan nilai positif (bermanfaat) bagi masyarakatnya.Demikianlah bagaimana menjadi seorang yang dibutuhkan sesamanya,merasa lebih bermakna apabila hidup ini dipergunakan demi kemakmuran bersama,membawakan kebaikan disetiap sudut kehidupan,maka berbahagailah orang yang mengamalkan hadits nabi berikut : “sebaik-baiknya manusia adalah yang memberikat manfaat terhadapnya (manusia). Sebagai makhluk sosial adalah kodrat manusia maka itu adalah tuntutan untuk tahu bagaimana keadaan kanan kiri kita,depan belakang kita serta perwujudan yang tercermin dari sosok seorang manusia yang tak ada arti apa-apa dihadapan Allah jika dibandingkan dengan betapa besar keangunganya,maka tidak lah patut seorang muslim menyimpan kesombongan dalam hatinya,semuanya sama dihadapan-Nya.Sesungguhnya dikatakan bahwa orang mukmin yang paling sepurrna adalah mereka yang baik akhlaknya, Kebiasaan atau adat yang dilakukan di suatu populasi masyarakat baik itu yang bersifat rohaniyah maupun jasmaniyah maka menjadi nilai positif apabila diniatkan semata mengharap ridho Allah.Rahmatnya Allah tidak akan berhenti mengalir bagi mereka yang mau menjalankan perintahnya dengan penuh kesabaran dan ikhlas,Allah pula ah yang menghendaki kita untuk senantiasa melangkah dan merasakan kehidupan disetiap hembusan nafas,yang maha lembut,maha pemberi manfaat dalam seluruh peristiwa dimuka bumi. Jika seorang muslim telah merasakan kehadiran Allah di seluruh jiwanya maka perbuatan terpujilah yang senantiasa dilakukan tanpa lirikan manusia hanya lirikan allah yang dirindukan,dari situ pula nilai manfaat akan muncul nilai saling toleransi serta saring kasih mengasihi,merasa dirinya dibutuhkan oleh orang lain,maka perbuatan baik (amal sholeh) pula yang akan membawa kita terhadap jawaban amalan diakhirat nanti. Seorang muslim selayaknya menjadikan tentang ketiadaannya benar-benar dirasakan orang lain sebagai sesuatu yang berharga bagi mereka.Dengan prinsif semacan itu maka diharapkan akan tercipta tata masyarakat yang dikehendaki oleh islam,yaitu masyarakat yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : a. Tauhidullah (Maha Esakan Allah) b. Ukhuwwah (Persaudaraan) c. Bersatu dalam satu tali Allah d. Masawah (Persamaan) e. Ta’awun (Tolong menolong) f. ‘Adalah (Keadilan) g. Musyawarah a. Ummatan Wasathan (Umat yang penengah /harmonis) b. Takaful al-Ijtima’ (tanggung jawab sosial) c. Fastabiq al-Khairat (Berlomba dalam kebaikan) d. Tasamus (Toleransi) e. Huriyyah (Kebesan) f. Istiqamah (Teguh pendirian) g. Jihad (Membela yang benar) h. Ijtihad (Pengembangan pikiran) (Ibadah dan Akhlak dalam Islam.2002 akhlak bertetangga diajarkan sebagai berikut: (a) Melindungi rasa aman tetangga. Kata Nabi, ciri karakteristik seorang muslim adalah, orang lain (tetangga) terbebas dari gangguannya, baik gangguan dari kata-kata maupun dari perbuatan fisik. (b) Menempatkan tetangga (yang miskin) dalam skala prioritas pembagian zakat. (c) Memberi salam jika berjumpa. (d) Menghadiri undangannya. (e) Menjenguk tetanggga yang sakit. (f) Melayat atau mengantar jenazah tetangga yang meninggal dunia. (g) berempati kepada tetangga Adapun didalam alqur''an ayat yang mneyoroti akhlak kepada tetangga, dan masyarakat adalah surat annisaa ayat 36 , Allah Berfirman : “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh[294], dan teman sejawat, ibnu sabil[295] dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,   BAB III PENUTUP KESIMPULAN Akhlak merupakan perbuatan terpuji dimana hal tersebut harus ditanamkan pada diri peserta didik. Orang tua berperan penting dalam pembentukan akhlak karena orang tua mempunyai kewajiban untuk menanamkan akhlak karimah terhadap anak-anaknya. Kita sebagai Muslim yang baik tentunya memiliki kewajiban untuk berbakti kepada orang tua kita, baik ibu maupun ayah.Agama Islam mengajarkan dan mewajibkan kita sebagai anak untuk berbakti dan taat kepada ibu-bapak. Taat dan berbakti kepada kedua orang tua adalah sikap dan perbuatan yang terpuji, ada banyak cara untuk berbakti dan bersikap sopan santun kepada orang tua. Medurhakai orang tua akan mendapatkan ganjaran yang amat pedih sebaliknya berbakti kepada orang tua akan mendapatkan ganjaran yang setimpal baik didunia maupun di akhirat karena keridhaan Allah terletak pada keridhaan kedua orang tua.   DAFTAR PUSTAKA 1. Bukhori. Umar. hadits tarbawi dalam perspektif hadits. Jakarta: Amzah. 2014. 2. Deden, Makbuloh. Pendidikan Agama Islam: Arah Baru Pengembangan Ilmu dan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta: Rajawali Pers. 2011. 3. https://sanrawijaya.wordpress.com/2013/06/13/akhlak-dalam-masyarakat/

BACA JUGA:

http://kumpulanpuisiida.blogspot.co.id/
MAKALAH
AKHLAK TERHADAP KELUARGA DAN MASYARAKAT







Disusun oleh:
Kelompok 11

1.      Ilyas syarif                                                (16.0101.0044)
2.      Ida kurniyawati                             (16.0101.0047)


FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2016/2017
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.


Magelang, November 2016
Kelompok 11

Penulis







  BAB 1
Pendahuluan

1.1  latar belakang

Sebagai  seorang  muslim yang  baik kita tentu tau bahwa ahlak terhadap orang tua merupakan sesuatu hal yang sangat penting . karena, orang tua adalah orang yang mengenalkan kita pada dunia dari kecil hingga dewasa. Dan setiap orang tua pun pasti mempunyai harapan terhadap anaknya agar kelak menjadi anak yang sukses, berbakti kepada kedua orang tua serta menjadi lebih baik dan sholeh. Maka dari itu jika kita mamang seorang muslim yang baik hendaknya kita selalu berbakti kepada kedua orang tua kita. Melakukan apa yang telah di perintahkan oleh orang tua dan pantang untuk membangkang kepada orang tua.

Kepada umat manusia , khususnya yang beriman kepada Allah SWT diminta agar akhlak dan keluhuran budi Nabi Muhammad SAW. Di jadikan sebagai contoh dalam kehidupan di berbagai bidang. Perhatian terhadap pentingnya akhlak kini muncul kembali, yaitu di saat bangsa Indonesia di hadapkan pada masalah moral dan akhlak yang cukup serius , yang kalau di biarkan akan menghancurkan masa depan bangsa Indonesia sendiri.
1.2. Rumusan Masalah
a.       Apa pengertian akhlak ?
b.      
1.3.Tujuan

Untuk memenuhi tugas makalah pada materi pembelajaran aqidah akhlak. serta untuk mengetahui tentang akhlak yang lebih mendalam dalam ruang lingkup akhlak kepada keluarga (orang tua).













BAB 2
 Pembahasan

A.    Pengertian Akhlak

Akhlak berasal dari bahasa arab yaitu Al-khulq, Al-khuluq yang mempunyai arti watak, tabiat. Secara Istilah Akhlak menurut Ibnu MaskawiAkhlak adalah sesuatu keadaan bagi jiwa yang mendorong ia melakukan tindakan-tindakan dari keadaan itu tanpa melalui pikiran dan pertimbangan.
Sedangkan yang dimaksud kedua orang tua adalah Bapak Ibu baik itu dari keturunan (Nasab) atau susuan, baik keduanya orang muslim ataupun kafir, termasuk juga kedua orang tua adalah nenek dan kakek dari kedua belah pihak.
Jadi akhlak kepada Orang Tua adalah Menghormati dan menyayangi mereka berdua dengan sopan santun dan berbakti kepada keduanya dalam keadaan hidup dan dalam keadaan sudah meninggal dunia.
Akhlak merupakan pembinaan budi pekerti anak sehingga menjadi budi pekerti yang mulia (akhlakul karimah). Proses tersebut tidak lepas dari pembinaan kehidupan beragama seorang anak secara total, akhlak mulia adalah suatu hal yang wajib dimiliki oleh setiap muslim, agar setiap muslim dapat memiliki akhlak mulia maka harus diajarkan. Orang tua berperan penting dalam pembentukan akhlak karena orang tua mempunyai kewajiban untuk menanaamkan akhlak karimah terhadap anak-anaknya.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa akhlak baik tidak dapat terbentuk kecuali dengan membiasakan seseorang berbuat suatu pekerjaan yang sesuai dengan sifat akhlak itu.
Kepribadian atau akhlak seseorang tidak terbentuk secara tiba – tiba. Terdapat suatu hukum yang universal dalam pembentukan akhlak, mulai dari perilaku sampai terbentuk sebuah akhlak. setiap muslim diuntut untuk mengenali akhlaknya dengan baik, agar dapat mengidentifikasi akhlak negative mereka, sehingga mereka dapat merubah akhlak negative tesebut sesuai dengan akhlak seorang muslim sejati. Untuk dapat mengenali dan merubah akhlak, kita harus mampu mengetahui bagaimana proses terbentuknya akhlak, hal - hal apa saja yang dapat mempengaruhi terbentuknya akhlak.
Akhlak juga yang mengendalikan diri anak untuk melakukan perbuatan baik termasuk taat kepada Allah SWT, berbakti kepaada orang tua, hormt terhadap yang lebihtua, dan sayang antara sesama muslim. Ahlak yerhadap orang tua sangatlah penting karena semuanya sudah di nash kan oleh Allah SWT, didalam Al-Quran serta hadits-hadits nabi juga memerintahkan untuk berbakti terhadap orang tua.
Berbakti kepada orang tua merupakan faktor utama diterimanya do’a seseorang, juga merupakan amal shaleh paling utama yang dilakukan oleh seorang muslim. Banyak sekali ayat Al-Qur’an ataupun Hadits yang menjelaskan keutamaan berbuat baik kepada kedua orang tua. Oleh karena itu, perbuatan terpuji ini seiring dengan nilai-nilai kebaikan untuk selamanya dan dicintai oleh setiap orang sepanjang masa.
Salah satu keutamaan berbuat baik kepada kedua orang tua, disamping melaksanakan ketaatan atas perintah Allah SWT adalah menghapus dosa-dosa besar.

B.     Aspek-Aspek Akhlak

Sikap keteraturan yang ditampakkan oleh Allah SWT dalam mengelola alam semesta serta keteraturan yang harus dimunculkan ketika beribadah harus terimplementasi dalam kehidupan berkeluarga. Seorang kepala keluarga berkewajiban mengatur dan mengelola sistem yang akan diberlakukan di dalam keluarganya tersebut. Sistem yang dibangun tersebut seyogyanya mengakomodasi kepentingan-kepentingan anggota keluarganya secara keseluruhan, dan sebagai konsekwensinya seluruh anggota harus mempunyai komitmen untuk tidak keluar dari peraturan yang disepakati, sehingga dengan demikian diharapkan terjadi keharmonisan di antara anggota keluarga tersebut.
Beberapa sikap yang harus dimunculkan oleh setiap anggota keluarga tersebut diantaranya:
1. Tanggung jawab
Seperti telah diungkapkan sebelumnya bahwa keluarga – sebagaimana halnya bangsa – tidak dapat hidup tenang dan bahagia tanpa suatu peraturan, kendali dan disiplin yang tinggi. Kepincangan dalam menerapkan peraturan mengakibatkan kepincangan kehidupan. Memimpin rumah tangga adalah sebuah tanggung jawab, demikian juga memimpin bangsa. Rasulullah SAW bersabda: “Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap kamu akan dituntut pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.”
Tanggung jawab itu pun idealnya harus ditunjang dengan kemampuan di berbagai bidang termasuk kemampuan leadership (kepemimpinan), dan disadari ataupun tidak, sikap bertanggung jawab ini akan menjadi contoh atau tauladan bagi anggota keluarga yang lain, karena sikap bertanggung jawab ini tidak hanya dibutuhkan oleh sang pemimpin tapi juga harus menjadi karakter setiap anggota keluarga, bahkan seluruh anggota masyarakat dan bangsa.
2. Kerjasama
Dalam konteks yang lebih besar, kepemimpinan suatu bangsa misalnya tidak mungkin mencapai sukses apabila langkah-langkah pemimpin daerah tidak searah dengan kepemimpinan pusat. Kepemimpinan di setiap daerah itu sendiri pun tidak akan berjalan mulus jika bertentangan dengan kepemimpinan atau langkah-langkah keluarga, dan dalam lingkup yang lebih sederhana, kepemimpinan keluarga pun tentu tidak akan berdaya jika tidak ditunjang kerjasama dari seluruh anggota keluarga itu sendiri, dengan demikian keharmonisan serta keteraturan dalam sebuah keluarga akan sukses jika didukung oleh semua pihak yang terlibat di dalamnya.
Dari keterkaitan-keterkaitan tersebut, terlihat jelas bahwa keteraturan yang di bangun dalam keluarga yang bersifat mikro sangat berpengaruh terhadap keteraturan keluarga dalam kontek makro, yaitu kehidupan berbangsa dan bernegara, dan jelaslah pula bahwa keluarga merupakan tulang punggung bagi tegaknya suatu bangsa.
3. Perhitungan dan Keseimbangan
Kepemimpinan, betapapun kecil dan sederhananya, membutuhkan perhitungan yang tepat. Jangankan mengelola sebuah keluarga, mengurus satu penjamuan kecil pun mengharuskan adanya perhitungan, keseimbangan dan keserasian antara jumlah undangan, kapasitas ruangan, serta konsumsi dan waktu penyelenggaraan. Sangat tidak baik jika kemampuan material seseorang atau kapasitas ruangan yang tersedia hanya cukup untuk sepuluh orang misalnya sementara yang diundang seratus orang, tindakan tersebut tentu mengabaikan keseimbangan . Pengaturan dan keseimbangan dalam kehidupan keluarga dituntut oleh ajaran Islam.
Hal tersebut lahir dari rasa cinta terhadap anak dan tanggung jawab terhadap generasi selanjutnya. Dalam al-Qur’an anak disebut sebagai “buah hati yang menyejukkan”, serta “Hiasan kehidupan dunia”. Bagaimana mungkin mereka menjadi “buah hati” dan “hiasan hidup” jika beban yang dipikul orang tuanya melebihi kemampuannya? Bukankah kita dianjurkan untuk berdoa: “Ya Tuhan kami, janganlah bebani kami apa yang tak sanggup kami pikul.
4. Disiplin
Keteraturan-keteraturan seperti yang telah diungkapkan sebelumnya pada aspek ibadah, ternyata berkorelasi dengan sikap kedisiplinan. Keteraturan waktu shalat misalnya, membutuhkan sikap kedisiplinan bagi yang menjalankannya, tanpa kedisiplinan, kebermaknaan shalat menjadi berkurang, bahkan bisa jadi hilang. Begitupun ibadah-ibadah yang lain.
Dalam kehidupan berkeluarga, sikap kedisiplinan ini begitu penting. Untuk mendapatkan kesejahteraan, seorang kepala keluarga perlu memiliki sikap disiplin dalam mengatur waktu untuk bekerja, ibadah dan istirahat, demikian juga seorang anak, untuk menggapai cita-citanya dia harus rela mendisiplinkan diri dan waktunya untuk belajar, bermain, ibadah dan istirahat. Tanpa kedisiplinan, keteraturan hidup susah tercapai.
5. Kasih sayang
Di antara perasaan-perasaan mulia yang ditanamkan Allah di dalam keluarga adalah perasaan kasih sayang. Seorang ayah rela bekerja keras mencari nafkah tentu karena kasih sayang terhadap anak dan istrinya, seorang ibu tanpa mengeluh dan tak kenal lelah mengandung anaknya selama sembilan bulan, inipun dilandasi cinta dan kasih sayang kepada sang jabang bayi, bahkan setelah sang anak lahir, dia pun rela mengorbankan diri dan waktunya untuk membesarkan anaknya tersebut, serta masih banyak lagi contoh keajaiban dari kekuatan besar yang dinamakan cinta yang merupakan anugrah dari Allah SWT.
Sejatinya, kekuatan besar tersebut melandasi seluruh aspek kehidupan berkeluarga, karena dengan cinta sesuatu yang berat akan terasa mudah. Dan sebaliknya, jika seseorang hatinya kosong dari cinta atau maka orang tersebut akan cenderung bersifat keras dan kasar, dan pada akhirnya bisa berakibat tidak baik bagi kelangsungan hidup berkeluarga, seperti timbulnya penyimpangan-penyimpangan dan lain sebagainya.
Rasulullah SAW bersabda:“Tidaklah termasuk golongan kami, orang-orang yang tidak mengasihi anak kecil di antara kami dan tidak mengetahui hak orang besar di antara kami.”
Walaupun cinta dan kasih sayang ini adalah sifat dasar yang harus dimiliki oleh setiap insan, tapi ternyata tidak semua orang mudah mendapatkannya, karena untuk mendapatkannya diperlukan sebuah perjuangan. Rasulullah SAW bersabda:
“Allah menjadikan kasih sayang di dalam hati orang-orang yang dikehendaki-Nya dari para hamba-Nya. Dan sesungguhnya Allah hanya mengasihi hamba-hamba –Nya yang suka mengasihi.”
Dengan demikian, perjuangan untuk mendapatkan kasih sayang-Nya adalah dengan berusaha sekuat tenaga dan terus menerus memancarkan kasih sayang kepada-Nya dan kepada sesama, karena semakin ia menyayangi atau mengasihi-Nya maka kasih sayang-Nya akan semakin ia dapatkan.
.  
  C.  Dasar-Dasar Berbuat Baik kepada Kedua Orang Tua
Dasar-dasar keharusan berbuat baik kepada kedua orang tua adalah:
a.       Al-Quran
1.      Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nisa’: 36
Artinya:
36. sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,

2.      Allah berfirman dalam QS. Luqman: 14 
Artinya:
14. dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.  bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.

3. Kita harus berbuat baik kepada kedua orang tua. Ibu telah mengandung dalam
keadaan lemah yang bertambah-tambah. Menyusui dan mengasuhnya selama 2 tahun. Bersyukurlah kepada Allah dan Orang tua. Jika kedua orang tua kita menyuruh berbuat dosa, maka jangan diikuti, tetapi tetaplah pergaulin keduanya didunia dengan baik[2].
Allah Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Ahqaf: 15
Artinya: (15). Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila Dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang berserah diri".
b.       Hadits
1.      Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Abdullah bin Mas’ud berkata:
سَأَلْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: اَلصَّلاَةُ لِوَقْتِهَا قُلْتُ: ثُــمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قُلْتُ: ثُــمَّ أَيٌّ؟قَالَ: اَلْجِهَادُ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ. (رواه البخارى و مسلم)
Artinya: “Aku bertanya kepada Rasulullah, apakah amal yang disukai Allah?’. Beliau menjawab ‘ sholat pada waktunya.’ Dia bertanya lagi, ‘kemudian apa?’ Beliau menjawab, ‘Berbuat baik kepada kedua orang tua.’ Dia bertanya lagi, ‘kemudian apa?’ Beliau menjawab, ‘Jihad pada jalan Allah’.”
2.      Dalam sebuah riwayat disebutkan:
Al-Bazar meriwayatkan dalam sebuah hadits dari Buraidah dari bapaknya bahwa ada seorang laki-laki yang sedang thawaf sambil menggendong ibunya, lalu dia bertanya kapada Nabi Muhammad “Apakah dengan ini sya sudah menunaikan haknya?” Beliau menjawab, “Belum walaupun secuil.”
3.      Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra.:
عَنْ اَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ اِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَارَسُوْلَ اللهِ مَنْ اَحَقُّبِحُسْنِ صَحَابَتِيْ؟ قَالَ: أُمُّكَ قَالَ: ثُـمَّ مَنْ؟ قَالَ: أُمُّكَ قَالَ: ثُـمَّ مَنْ؟ قَالَ: أُمُّكَ قَالَ: ثُـمَّ مَنْ؟قَالَ: ثُـمَّ مَنْ؟ قَالَ: ثُـمَّ أَبُوْكَ(رواه البخارى و مسلم)
Artinya: Dari Abu Hurairah ra berkata: seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW, ia berkata: Wahai Rasulullah, siapakah yang paling berhak untuk saya pergauli dengan baik? Nabi menjawab: “Ibumu”. Dia bertanya (lagi): lalu siapa? Nabi menjawab: “Ibumu. Dia bertanya (lagi): lalu siapa? Nabi menjawab: “Ibumu”. Dia bertanya (lagi): lalu siapa? Nabi menjawab: kemudian bapakmu. (H.R. Al-Bukhori dan Muslim)
4.      Dalam riwayat lain dari Abdullah bin Amr bin Ash dikatakan:
عَنْ عَبْدِاللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَاعَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: رِضَااللهِ فِيْ رِضَاالْوَالِدَيْنِوَسُخْطُ اللهِ فِيْ َسُخْطِ الْوَالِدَيْنِ (اخرجه التّرمذى وصحّحه ابن حبّان والحاكم)
Artinya: Dari Abdullah bin Amr bin Ash RA., dari Nabi SAW beliau bersabda:“Keridlaan Allah terletak pada keridlaan kedua orang tua, dan kemarahan Allah terletak pada kemarahan kedua orang tua”. (dikeluarkan oleh Tirmidzi dan dibenarkan oleh Ibnu Hibban)
5. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa “ Seseorang datang kepada NabiMuhammad kemudian meminta izin untuk mengikuti jihad. Beliau lalu bertanya, “Apakah kedua orang tuamu masih hidup?’ Dia menjawab, ‘ya’. Beliaupun mengatakan ,’pada keduanya, hendaklah engkau berjihad’’.

D. Manfaat berbakti kepadaorang tua

a.       Diridhai oleh Allah SWT
Dalam hadis Qudsi Allah swt berfirman: “Sesungguhnya yang pertama kali dicatat oleh Allah di Lawhil mahfuzh adalah kalimat: ‘Aku adalah Allah, tiada Tuhan kecuali Aku, barangsiapa yang diridhai oleh kedua orang tuanya, maka Aku meri¬dhainya; dan barangsiapa yang dimurkai oleh keduanya, maka Aku murka kepadanya.” (Jâmi’us Sa’adât, penghimpun kebahagiaan, 2: 263).
b.      Disayangi oleh Allah SWT
Rasulullah saw bersabda kepada Ali bin Abi Thalib (sa): “…Wahai Ali, Allah menyayangi kedua orang tua yang melahirkan anak karena keberbaktiannya kepada mereka. Wahai Ali, barangsiapa yang membuat sedih kedua orang tuanya, maka ia telah durhaka kepada mereka.” (Al-Faqîh 4: 371)

E. Dampak Durhaka Terhadap Orang Tua

a.       Diridhai oleh Allah Azza wa Jalla
Dalam hadis Qudsi Allah swt berfirman: “Sesungguhnya yang pertama kali dicatat oleh Allah di Lawhil mahfuzh adalah kalimat: ‘Aku adalah Allah, tiada Tuhan kecuali Aku, barangsiapa yang diridhai oleh kedua orang tuanya, maka Aku meri¬dhainya; dan barangsiapa yang dimurkai oleh keduanya, maka Aku murka kepadanya.” (Jâmi’us Sa’adât, penghimpun kebahagiaan, 2: 263).
b.      Disayangi oleh Allah swt
Rasulullah saw bersabda kepada Ali bin Abi Thalib (sa): “…Wahai Ali, Allah menyayangi kedua orang tua yang melahirkan anak karena keberbaktiannya kepada mereka. Wahai Ali, barangsiapa yang membuat sedih kedua orang tuanya, maka ia telah durhaka kepada mereka.” (Al-Faqîh 4: 371)

F. Akhlak Seorang Muslim Terhadap Masyarakat
           
Terciptanya masyarakat yang damai merupakan keinginan setiap warga negara,Islam pun menghendaki kedamaian,dengan saling toleransi, agar komunikasi terhadap sesame manusia lebih menonjol,karena tidak hanya Habluminallah sajah yang wajib kita perhatikan juga ada habluminannas yang merupakan aspek penting menjalani kehidupan ini dan habluminal’alam yang menuntut manusia untuk merawat serta menjaganya dengan penuh mengharap ridho-Nya.
Untuk itu Al-quran menekannkan hubungan manusia dengan memuat lebih banyak ayat-ayat yang berbicara tentang ibadah sosial (ghairu mahdoh)daripada ibadah ritual (mahdoh).
            Kualitas ibadah seseorang dalam islam bisa dilihat dari cerminan tingkah laku atau etika dalam bergaul,berinteraksi serta karakter yang menonjol. Manusi harus mampu menegakkan keadilah apalagi melihat realitanya sekarang keadilan sangat di butuhkan dari mulai masyarakat kecil sampai para penjabat pun menuntut keadilan,seharusnya seorang manusia yang bertawadlo mampu mendorong serta berkeyakinan bahwa diri sendirinya adalah makhluk Allah yang wajib berbuat keadilan dimana-mana,maka dengan prinsip demikian tidak akan adalah para tikus Negara yang tak pernah berhenti menggerogoti karung sembako bangsa,tidak ada lagi perbedaan antara simiskin dan sikaya,karena semuanya akan sama dihadapan allah.

Islam menggariskan bahwa akhlak muslim terhadap masyarakat adalah sebagi berikut :
Senantiasa menegakkan keadilan di muka bumi.Syari’at islam telah memberikan Motivasi yang kuat kepada manusia untuk senantiasa
1.      menegakkan keadilan ditengah masyarakat yang direalisasikan dalam suatu timbangan manusiawi yang mampu menempakan sesuatu seuai tempatnya (‘Adil).Ia harus tegak berdiri menegakkan keadilan dan menyuakan kebenarannya dimanapun ia berada dengan berpijak kepada keadaan,kebiasaan (‘adah) yanga ada disekelilingnya.

Adil tidak berarti berdiri di tempat yang netral,melainkan memihak kepada kebenaran,dengan berpedoman kepada standar yang tetap,yakni nilai-nilai Ilahiyah.Menegakkan keadilan mengharuskan manusia untuk senantiasa berada di tengah perjuangan yang bukan hanya menghadapi orang lain berarti,menentukan sikap melalui argumentasi yang kuat,sedangkan menghadapi dirinya sendiri adalah menghilangkan subyektivitas yang selalu menyertai pikiran dan tindakannya. Rasulallah pernah bersabda  قل لحق ولو كان مر  “katakanlah walaupun itu pahit.
Penjelasan di atas terlihat secara segnifikan bahwa kejujuran dan keadilan adalah dua karakteristik sifat yang wajib kita pakai ketika hidup dimasyarakat.karena dengan kejujuran maka keadilan pun akan muncul mengirinya.

2.      Seorang muslim harus menjadikan masyarakat sebagai lapangan dakwah dan aktualitas nilai-nilai keislaman.Dengan ini maka setiap muslim harus menyadari sepenuhnya bahwa dakwah merupakan kewajiban yang harus ditunaikan karena بلغ ني ولو اية  Sampaikanlah walaupun satu ayat.  
Maka didalam sebuah pergaulan masyarakat, seorang muslim senantiasa mengemban misi dan itu harus dipertahankan .Hal ini di dukung dengan al-qur’an Artinya : Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?"(Q.S. Al-fushshilat :33).

Dakwah yang diterapkan Rasulallah adalah dengan cara yang seadil-adilnya tanpa menimbulkan permusuhan kepada para mustami’,Karena tidak ada paksaan pada diri rasulallah,dikategorikan dakwah yang baik menurut beliau,karena jika berdakwah tanpa terpaksa maka implementasinya pun tidak akan pernah ada paksaan,trik yang dilakukan rasulallha dalam berdakwah adalah sebagai berikut

Artinya : Abu sa’id Alkhudry r.a. berkata:Saya telah Rasulallah SAW bersabda:Barang siapa yang antara kalian melihat kemungkaran,hendaklah dia merubahnya dengan tangannya dan bila tidak dapat maka dengan mulutnya (lisannya) , apabila tidak dapat maka dengan hatinya,dan itu selemah-lemahnya iman.(HR.Muslim).


3.      Seorang muslim harus senantiasa melakukan amar ma’ruf nahy munkar.Artinya,seorang muslim tidak bisa menjadi seorang yang permisif,acuh tak acuh,cuek terhadap lingkungannya,Tetapi seorang muslim ketika berada di mana saja harus senantiasa mengajak terhadap kebaikan juga mencegah terhadap kemunkaran,yaitu suatu penyimpangan dari aturan yang telah digarisi oleh Allah dan rasul-Nya.Hal ini dilakukan sebagaimana kemampuan mulim tersebut,di dukung oleh Allah yaitu khairul ummah  bahwa sebaik-baiknya manusia adalah yang masih mampu mengajak kepada Amar ma’ruf nahy munkar.Hal ini pun dikategorikan sebagai dakwah.

Dikisahkan dari sejarah salah satu madzhab yang diikuti ajarannya oleh umat islam yaitu Imam Asy-Syafi’I,Beliau adalah seorang yang berakhlak baik lagi Tawadhu’.Orang-orang datang kepada beliau guna belajar adab dari beliau sebelum belajar ilmu,itu karena adab lah yang lebih penting dalam kehidupan.
Suatu hari,al-Buwaithi menulis surat kepada ar-Rabi’ bin Sulaiman,yang isinya menceritakan sebagian akhlak Asy-Syafi’i.Ia berkata : “Sabarkan dirimu terhadap orang-orang asing dan baguskanlah dirimu terhadap orang-orang yang hadir dalam majelismu.Aku selalu mendengar Asy-syafi’I melantunkan syair
Kuhinakan diriku kepada mereka
Agar mereka merhormatinya
Tidak ada menjadi mulia jiwamu yang tidak kau hinakan
Dari kisah tadi dijelaskan bahwa seorang Imam mengajak jamahnya menghormati ajakan baik  maka berendah dirilah dihadapan jama’ah aitu,jangan sekali-kali menunjukan kesombongan dan mesra menggurui terhadap para mustami’.Bertawadho’ lah seperti apa yang Allah perintahkan :

3.      Seorang Muslim senantiasa mempunyai peran dan nilai positif (bermanfaat) bagi masyarakatnya.Demikianlah bagaimana menjadi seorang yang dibutuhkan sesamanya,merasa lebih bermakna apabila hidup ini dipergunakan demi kemakmuran bersama,membawakan kebaikan disetiap sudut kehidupan,maka berbahagailah orang yang mengamalkan hadits nabi berikut :

 “sebaik-baiknya manusia adalah yang memberikat manfaat terhadapnya (manusia).
              
Sebagai makhluk sosial adalah kodrat manusia maka itu adalah tuntutan untuk tahu bagaimana keadaan kanan kiri kita,depan belakang kita serta perwujudan yang tercermin dari sosok seorang manusia yang tak ada arti apa-apa dihadapan Allah jika dibandingkan dengan betapa besar keangunganya,maka tidak lah patut seorang muslim menyimpan kesombongan dalam hatinya,semuanya sama dihadapan-Nya.Sesungguhnya dikatakan bahwa orang mukmin yang paling sepurrna adalah mereka yang baik akhlaknya,
Kebiasaan atau adat yang dilakukan di suatu populasi masyarakat baik itu yang bersifat rohaniyah maupun jasmaniyah maka menjadi nilai positif apabila diniatkan semata mengharap ridho Allah.Rahmatnya Allah tidak akan berhenti mengalir bagi mereka yang mau menjalankan perintahnya dengan penuh kesabaran dan ikhlas,Allah pula ah yang menghendaki kita untuk senantiasa melangkah dan merasakan kehidupan disetiap hembusan nafas,yang maha lembut,maha pemberi manfaat dalam seluruh peristiwa dimuka bumi.
Jika seorang muslim telah merasakan kehadiran Allah di seluruh jiwanya maka perbuatan terpujilah yang senantiasa dilakukan tanpa lirikan manusia hanya lirikan allah yang dirindukan,dari situ pula nilai manfaat akan muncul nilai saling toleransi serta saring kasih mengasihi,merasa dirinya dibutuhkan oleh orang lain,maka perbuatan baik (amal sholeh) pula yang akan membawa kita terhadap jawaban amalan diakhirat nanti.
            Seorang muslim selayaknya menjadikan tentang ketiadaannya benar-benar dirasakan orang lain sebagai sesuatu yang berharga bagi mereka.Dengan prinsif semacan itu maka diharapkan akan tercipta tata masyarakat yang dikehendaki oleh islam,yaitu masyarakat yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a.       Tauhidullah (Maha Esakan Allah)
b.      Ukhuwwah (Persaudaraan)
c.       Bersatu dalam satu tali Allah
d.      Masawah (Persamaan)
e.       Ta’awun (Tolong menolong)
f.       ‘Adalah (Keadilan)
g.      Musyawarah
a.       Ummatan Wasathan (Umat yang penengah /harmonis)
b.      Takaful al-Ijtima’ (tanggung jawab sosial)
c.       Fastabiq al-Khairat (Berlomba dalam kebaikan)
d.      Tasamus (Toleransi)
e.       Huriyyah (Kebesan)
f.       Istiqamah (Teguh pendirian)
g.      Jihad (Membela yang benar)
h.      Ijtihad (Pengembangan pikiran)
(Ibadah dan Akhlak dalam Islam.2002



akhlak bertetangga diajarkan sebagai berikut:
(a)  Melindungi rasa aman tetangga. Kata Nabi, ciri karakteristik seorang muslim adalah, orang lain (tetangga) terbebas dari gangguannya, baik gangguan dari kata-kata maupun dari perbuatan fisik.
(b)      Menempatkan tetangga (yang miskin) dalam skala prioritas pembagian zakat.
(c)       Memberi salam jika berjumpa.
(d)      Menghadiri undangannya.
(e)       Menjenguk tetanggga yang sakit.
(f)       Melayat atau mengantar jenazah tetangga yang meninggal dunia.
(g)      berempati kepada tetangga

Adapun didalam alqur''an ayat yang mneyoroti akhlak kepada tetangga, dan masyarakat adalah surat annisaa ayat 36 , Allah Berfirman :

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh[294], dan teman sejawat, ibnu sabil[295] dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,





BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Akhlak merupakan perbuatan terpuji dimana hal tersebut harus ditanamkan pada diri peserta didik. Orang tua berperan penting dalam pembentukan akhlak karena orang tua mempunyai kewajiban untuk menanamkan akhlak karimah terhadap anak-anaknya.
Kita sebagai Muslim yang baik tentunya memiliki kewajiban untuk berbakti kepada orang tua kita, baik ibu maupun ayah.Agama Islam mengajarkan dan mewajibkan kita sebagai anak untuk berbakti dan taat kepada ibu-bapak. Taat dan berbakti kepada kedua orang tua adalah sikap dan perbuatan yang terpuji, ada banyak cara untuk berbakti dan bersikap sopan santun kepada orang tua.
Medurhakai orang tua akan mendapatkan ganjaran yang amat pedih sebaliknya berbakti kepada orang tua akan mendapatkan ganjaran yang setimpal baik didunia maupun di akhirat karena keridhaan Allah terletak pada keridhaan kedua orang tua.





DAFTAR PUSTAKA

1.      Bukhori. Umar. hadits tarbawi dalam perspektif hadits. Jakarta: Amzah. 2014.
2.      Deden, Makbuloh. Pendidikan Agama Islam: Arah Baru Pengembangan Ilmu dan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta: Rajawali Pers. 2011.

No comments:

Post a Comment

WARGA GAMOL

Monografi Desa Dan Dusun/RW Letak Geografis Desa Paremono merupakan desa yang terletak di Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, atau ...