http://kumpulanpuisiida.blogspot.co.id/
MAKALAH
AKHLAK TERHADAP KELUARGA DAN MASYARAKAT
Disusun oleh:
Kelompok
11
1. Ilyas
syarif (16.0101.0044)
2. Ida
kurniyawati (16.0101.0047)
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2016/2017
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga saya
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam
profesi keguruan.
Harapan saya semoga makalah ini membantu
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat
memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak
kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu
saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Magelang, November 2016
Kelompok 11
Penulis
BAB 1
Pendahuluan
1.1 latar
belakang
Sebagai seorang muslim
yang baik kita tentu tau bahwa ahlak terhadap orang tua merupakan
sesuatu hal yang sangat penting . karena, orang tua adalah orang yang
mengenalkan kita pada dunia dari kecil hingga dewasa. Dan setiap orang tua pun
pasti mempunyai harapan terhadap anaknya agar kelak menjadi anak yang sukses,
berbakti kepada kedua orang tua serta menjadi lebih baik dan sholeh. Maka
dari itu jika kita mamang seorang muslim yang baik hendaknya kita selalu
berbakti kepada kedua orang tua kita. Melakukan apa yang telah di perintahkan
oleh orang tua dan pantang untuk membangkang kepada orang tua.
Kepada
umat manusia , khususnya yang beriman kepada Allah SWT diminta agar akhlak dan
keluhuran budi Nabi Muhammad SAW. Di jadikan sebagai contoh dalam kehidupan di
berbagai bidang. Perhatian terhadap pentingnya akhlak kini muncul kembali,
yaitu di saat bangsa Indonesia di hadapkan pada masalah moral dan akhlak yang
cukup serius , yang kalau di biarkan akan menghancurkan masa depan bangsa
Indonesia sendiri.
1.2. Rumusan Masalah
a. Apa
pengertian akhlak ?
b.
1.3.Tujuan
Untuk
memenuhi tugas makalah pada materi pembelajaran aqidah akhlak. serta untuk
mengetahui tentang akhlak yang lebih mendalam dalam ruang lingkup akhlak kepada
keluarga (orang tua).
BAB 2
Pembahasan
A.
Pengertian Akhlak
Akhlak berasal dari bahasa arab yaitu Al-khulq,
Al-khuluq yang mempunyai arti watak, tabiat. Secara Istilah Akhlak menurut Ibnu
MaskawiAkhlak adalah sesuatu keadaan bagi jiwa yang mendorong ia melakukan
tindakan-tindakan dari keadaan itu tanpa melalui pikiran dan pertimbangan.
Sedangkan yang dimaksud kedua orang tua adalah Bapak
Ibu baik itu dari keturunan (Nasab) atau susuan, baik keduanya orang muslim
ataupun kafir, termasuk juga kedua orang tua adalah nenek dan kakek dari kedua
belah pihak.
Jadi akhlak kepada Orang Tua adalah Menghormati dan
menyayangi mereka berdua dengan sopan santun dan berbakti kepada keduanya dalam
keadaan hidup dan dalam keadaan sudah meninggal dunia.
Akhlak merupakan pembinaan budi pekerti anak
sehingga menjadi budi pekerti yang mulia (akhlakul karimah). Proses tersebut
tidak lepas dari pembinaan kehidupan beragama seorang anak secara total, akhlak
mulia adalah suatu hal yang wajib dimiliki oleh setiap muslim, agar setiap
muslim dapat memiliki akhlak mulia maka harus diajarkan. Orang tua berperan
penting dalam pembentukan akhlak karena orang tua mempunyai kewajiban untuk
menanaamkan akhlak karimah terhadap anak-anaknya.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa akhlak baik
tidak dapat terbentuk kecuali dengan membiasakan seseorang berbuat suatu
pekerjaan yang sesuai dengan sifat akhlak itu.
Kepribadian atau akhlak seseorang tidak terbentuk
secara tiba – tiba. Terdapat suatu hukum yang universal dalam pembentukan
akhlak, mulai dari perilaku sampai terbentuk sebuah akhlak. setiap muslim
diuntut untuk mengenali akhlaknya dengan baik, agar dapat mengidentifikasi
akhlak negative mereka, sehingga mereka dapat merubah akhlak negative tesebut
sesuai dengan akhlak seorang muslim sejati. Untuk dapat mengenali dan merubah
akhlak, kita harus mampu mengetahui bagaimana proses terbentuknya akhlak, hal -
hal apa saja yang dapat mempengaruhi terbentuknya akhlak.
Akhlak juga yang mengendalikan diri anak untuk
melakukan perbuatan baik termasuk taat kepada Allah SWT, berbakti kepaada orang
tua, hormt terhadap yang lebihtua, dan sayang antara sesama muslim. Ahlak
yerhadap orang tua sangatlah penting karena semuanya sudah di nash kan oleh
Allah SWT, didalam Al-Quran serta hadits-hadits nabi juga memerintahkan untuk
berbakti terhadap orang tua.
Berbakti kepada orang tua merupakan faktor utama
diterimanya do’a seseorang, juga merupakan amal shaleh paling utama yang
dilakukan oleh seorang muslim. Banyak sekali ayat Al-Qur’an ataupun Hadits yang
menjelaskan keutamaan berbuat baik kepada kedua orang tua. Oleh karena itu, perbuatan
terpuji ini seiring dengan nilai-nilai kebaikan untuk selamanya dan dicintai
oleh setiap orang sepanjang masa.
Salah satu keutamaan berbuat baik kepada kedua orang
tua, disamping melaksanakan ketaatan atas perintah Allah SWT adalah menghapus
dosa-dosa besar.
B.
Aspek-Aspek Akhlak
Sikap keteraturan yang ditampakkan oleh Allah SWT
dalam mengelola alam semesta serta keteraturan yang harus dimunculkan ketika
beribadah harus terimplementasi dalam kehidupan berkeluarga. Seorang kepala
keluarga berkewajiban mengatur dan mengelola sistem yang akan diberlakukan di
dalam keluarganya tersebut. Sistem yang dibangun tersebut seyogyanya
mengakomodasi kepentingan-kepentingan anggota keluarganya secara keseluruhan,
dan sebagai konsekwensinya seluruh anggota harus mempunyai komitmen untuk tidak
keluar dari peraturan yang disepakati, sehingga dengan demikian diharapkan
terjadi keharmonisan di antara anggota keluarga tersebut.
Beberapa sikap yang harus dimunculkan oleh setiap
anggota keluarga tersebut diantaranya:
1. Tanggung jawab
Seperti telah diungkapkan sebelumnya bahwa keluarga
– sebagaimana halnya bangsa – tidak dapat hidup tenang dan bahagia tanpa suatu
peraturan, kendali dan disiplin yang tinggi. Kepincangan dalam menerapkan
peraturan mengakibatkan kepincangan kehidupan. Memimpin rumah tangga adalah
sebuah tanggung jawab, demikian juga memimpin bangsa. Rasulullah SAW bersabda:
“Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap kamu akan dituntut pertanggungjawaban
atas kepemimpinannya.”
Tanggung jawab itu pun idealnya harus ditunjang
dengan kemampuan di berbagai bidang termasuk kemampuan leadership
(kepemimpinan), dan disadari ataupun tidak, sikap bertanggung jawab ini akan
menjadi contoh atau tauladan bagi anggota keluarga yang lain, karena sikap
bertanggung jawab ini tidak hanya dibutuhkan oleh sang pemimpin tapi juga harus
menjadi karakter setiap anggota keluarga, bahkan seluruh anggota masyarakat dan
bangsa.
2. Kerjasama
Dalam konteks yang lebih besar, kepemimpinan suatu
bangsa misalnya tidak mungkin mencapai sukses apabila langkah-langkah pemimpin
daerah tidak searah dengan kepemimpinan pusat. Kepemimpinan di setiap daerah
itu sendiri pun tidak akan berjalan mulus jika bertentangan dengan kepemimpinan
atau langkah-langkah keluarga, dan dalam lingkup yang lebih sederhana, kepemimpinan
keluarga pun tentu tidak akan berdaya jika tidak ditunjang kerjasama dari
seluruh anggota keluarga itu sendiri, dengan demikian keharmonisan serta
keteraturan dalam sebuah keluarga akan sukses jika didukung oleh semua pihak
yang terlibat di dalamnya.
Dari keterkaitan-keterkaitan tersebut, terlihat
jelas bahwa keteraturan yang di bangun dalam keluarga yang bersifat mikro
sangat berpengaruh terhadap keteraturan keluarga dalam kontek makro, yaitu
kehidupan berbangsa dan bernegara, dan jelaslah pula bahwa keluarga merupakan
tulang punggung bagi tegaknya suatu bangsa.
3. Perhitungan dan Keseimbangan
Kepemimpinan, betapapun kecil dan sederhananya,
membutuhkan perhitungan yang tepat. Jangankan mengelola sebuah keluarga,
mengurus satu penjamuan kecil pun mengharuskan adanya perhitungan, keseimbangan
dan keserasian antara jumlah undangan, kapasitas ruangan, serta konsumsi dan
waktu penyelenggaraan. Sangat tidak baik jika kemampuan material seseorang atau
kapasitas ruangan yang tersedia hanya cukup untuk sepuluh orang misalnya
sementara yang diundang seratus orang, tindakan tersebut tentu mengabaikan
keseimbangan . Pengaturan dan keseimbangan dalam kehidupan keluarga dituntut
oleh ajaran Islam.
Hal tersebut lahir dari rasa cinta terhadap anak dan
tanggung jawab terhadap generasi selanjutnya. Dalam al-Qur’an anak disebut
sebagai “buah hati yang menyejukkan”, serta “Hiasan kehidupan dunia”. Bagaimana
mungkin mereka menjadi “buah hati” dan “hiasan hidup” jika beban yang dipikul
orang tuanya melebihi kemampuannya? Bukankah kita dianjurkan untuk berdoa: “Ya
Tuhan kami, janganlah bebani kami apa yang tak sanggup kami pikul.
4. Disiplin
Keteraturan-keteraturan seperti yang telah
diungkapkan sebelumnya pada aspek ibadah, ternyata berkorelasi dengan sikap
kedisiplinan. Keteraturan waktu shalat misalnya, membutuhkan sikap kedisiplinan
bagi yang menjalankannya, tanpa kedisiplinan, kebermaknaan shalat menjadi
berkurang, bahkan bisa jadi hilang. Begitupun ibadah-ibadah yang lain.
Dalam kehidupan berkeluarga, sikap kedisiplinan ini
begitu penting. Untuk mendapatkan kesejahteraan, seorang kepala keluarga perlu
memiliki sikap disiplin dalam mengatur waktu untuk bekerja, ibadah dan
istirahat, demikian juga seorang anak, untuk menggapai cita-citanya dia harus
rela mendisiplinkan diri dan waktunya untuk belajar, bermain, ibadah dan
istirahat. Tanpa kedisiplinan, keteraturan hidup susah tercapai.
5. Kasih sayang
Di antara perasaan-perasaan mulia yang ditanamkan
Allah di dalam keluarga adalah perasaan kasih sayang. Seorang ayah rela bekerja
keras mencari nafkah tentu karena kasih sayang terhadap anak dan istrinya,
seorang ibu tanpa mengeluh dan tak kenal lelah mengandung anaknya selama
sembilan bulan, inipun dilandasi cinta dan kasih sayang kepada sang jabang
bayi, bahkan setelah sang anak lahir, dia pun rela mengorbankan diri dan
waktunya untuk membesarkan anaknya tersebut, serta masih banyak lagi contoh
keajaiban dari kekuatan besar yang dinamakan cinta yang merupakan anugrah dari
Allah SWT.
Sejatinya, kekuatan besar tersebut melandasi seluruh
aspek kehidupan berkeluarga, karena dengan cinta sesuatu yang berat akan terasa
mudah. Dan sebaliknya, jika seseorang hatinya kosong dari cinta atau maka orang
tersebut akan cenderung bersifat keras dan kasar, dan pada akhirnya bisa
berakibat tidak baik bagi kelangsungan hidup berkeluarga, seperti timbulnya
penyimpangan-penyimpangan dan lain sebagainya.
Rasulullah SAW bersabda:“Tidaklah termasuk golongan
kami, orang-orang yang tidak mengasihi anak kecil di antara kami dan tidak
mengetahui hak orang besar di antara kami.”
Walaupun cinta dan kasih sayang ini adalah sifat
dasar yang harus dimiliki oleh setiap insan, tapi ternyata tidak semua orang
mudah mendapatkannya, karena untuk mendapatkannya diperlukan sebuah perjuangan.
Rasulullah SAW bersabda:
“Allah menjadikan kasih sayang di dalam hati
orang-orang yang dikehendaki-Nya dari para hamba-Nya. Dan sesungguhnya Allah
hanya mengasihi hamba-hamba –Nya yang suka mengasihi.”
Dengan demikian, perjuangan untuk mendapatkan kasih
sayang-Nya adalah dengan berusaha sekuat tenaga dan terus menerus memancarkan
kasih sayang kepada-Nya dan kepada sesama, karena semakin ia menyayangi atau
mengasihi-Nya maka kasih sayang-Nya akan semakin ia dapatkan.
.
C. Dasar-Dasar
Berbuat Baik kepada Kedua Orang Tua
Dasar-dasar keharusan berbuat baik kepada kedua
orang tua adalah:
a.
Al-Quran
1. Allah
SWT berfirman dalam QS. An-Nisa’: 36
Artinya:
36. sembahlah Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang
ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang
dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri,
2. Allah berfirman dalam QS. Luqman: 14
Artinya:
14. dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat
baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan
lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang
ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
3. Kita harus berbuat baik kepada kedua orang tua.
Ibu telah mengandung dalam
keadaan lemah yang bertambah-tambah. Menyusui dan
mengasuhnya selama 2 tahun. Bersyukurlah kepada Allah dan Orang tua. Jika kedua
orang tua kita menyuruh berbuat dosa, maka jangan diikuti, tetapi tetaplah
pergaulin keduanya didunia dengan baik[2].
Allah Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Ahqaf: 15
Artinya: (15). Kami perintahkan kepada manusia
supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan
susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai
menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila Dia telah dewasa dan
umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku
untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada
ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai;
berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku.
Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya aku Termasuk
orang-orang yang berserah diri".
b.
Hadits
1. Dalam
sebuah riwayat disebutkan bahwa Abdullah bin Mas’ud berkata:
سَأَلْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
اَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: اَلصَّلاَةُ لِوَقْتِهَا قُلْتُ: ثُــمَّ أَيٌّ؟
قَالَ: بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قُلْتُ: ثُــمَّ أَيٌّ؟قَالَ: اَلْجِهَادُ فِيْ سَبِيْلِ
اللهِ. (رواه البخارى و مسلم)
Artinya: “Aku bertanya kepada Rasulullah, apakah
amal yang disukai Allah?’. Beliau menjawab ‘ sholat pada waktunya.’ Dia
bertanya lagi, ‘kemudian apa?’ Beliau menjawab, ‘Berbuat baik kepada kedua
orang tua.’ Dia bertanya lagi, ‘kemudian apa?’ Beliau menjawab, ‘Jihad pada
jalan Allah’.”
2. Dalam
sebuah riwayat disebutkan:
Al-Bazar meriwayatkan dalam sebuah hadits dari
Buraidah dari bapaknya bahwa ada seorang laki-laki yang sedang thawaf sambil
menggendong ibunya, lalu dia bertanya kapada Nabi Muhammad “Apakah dengan ini
sya sudah menunaikan haknya?” Beliau menjawab, “Belum walaupun secuil.”
3.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra.:
عَنْ اَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: جَاءَ
رَجُلٌ اِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَارَسُوْلَ
اللهِ مَنْ اَحَقُّبِحُسْنِ صَحَابَتِيْ؟ قَالَ: أُمُّكَ قَالَ: ثُـمَّ مَنْ؟ قَالَ:
أُمُّكَ قَالَ: ثُـمَّ مَنْ؟ قَالَ: أُمُّكَ قَالَ: ثُـمَّ مَنْ؟قَالَ: ثُـمَّ مَنْ؟
قَالَ: ثُـمَّ أَبُوْكَ(رواه البخارى و مسلم)
Artinya: Dari Abu Hurairah ra berkata: seorang
laki-laki datang kepada Rasulullah SAW, ia berkata: Wahai Rasulullah, siapakah
yang paling berhak untuk saya pergauli dengan baik? Nabi menjawab: “Ibumu”. Dia
bertanya (lagi): lalu siapa? Nabi menjawab: “Ibumu”. Dia bertanya
(lagi): lalu siapa? Nabi menjawab: “Ibumu”. Dia bertanya (lagi): lalu siapa?
Nabi menjawab: kemudian bapakmu. (H.R. Al-Bukhori dan Muslim)
4. Dalam
riwayat lain dari Abdullah bin Amr bin Ash dikatakan:
عَنْ عَبْدِاللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ رَضِيَ اللهُ
عَنْهُمَاعَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: رِضَااللهِ فِيْ
رِضَاالْوَالِدَيْنِوَسُخْطُ اللهِ فِيْ َسُخْطِ الْوَالِدَيْنِ (اخرجه التّرمذى وصحّحه
ابن حبّان والحاكم)
Artinya: Dari Abdullah bin Amr bin Ash RA., dari
Nabi SAW beliau bersabda:“Keridlaan Allah terletak pada keridlaan kedua orang
tua, dan kemarahan Allah terletak pada kemarahan kedua orang tua”. (dikeluarkan
oleh Tirmidzi dan dibenarkan oleh Ibnu Hibban)
5. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa “ Seseorang
datang kepada NabiMuhammad kemudian meminta izin untuk mengikuti jihad. Beliau
lalu bertanya, “Apakah kedua orang tuamu masih hidup?’ Dia menjawab, ‘ya’.
Beliaupun mengatakan ,’pada keduanya, hendaklah engkau berjihad’’.
D. Manfaat berbakti kepadaorang
tua
a. Diridhai
oleh Allah SWT
Dalam hadis Qudsi Allah swt berfirman: “Sesungguhnya
yang pertama kali dicatat oleh Allah di Lawhil mahfuzh adalah kalimat: ‘Aku
adalah Allah, tiada Tuhan kecuali Aku, barangsiapa yang diridhai oleh kedua
orang tuanya, maka Aku meri¬dhainya; dan barangsiapa yang dimurkai oleh
keduanya, maka Aku murka kepadanya.” (Jâmi’us Sa’adât, penghimpun kebahagiaan,
2: 263).
b.
Disayangi oleh Allah SWT
Rasulullah saw bersabda kepada Ali bin Abi Thalib
(sa): “…Wahai Ali, Allah menyayangi kedua orang tua yang melahirkan anak karena
keberbaktiannya kepada mereka. Wahai Ali, barangsiapa yang membuat sedih kedua
orang tuanya, maka ia telah durhaka kepada mereka.” (Al-Faqîh 4: 371)
E. Dampak
Durhaka Terhadap Orang Tua
a.
Diridhai oleh Allah Azza wa Jalla
Dalam hadis Qudsi Allah swt berfirman: “Sesungguhnya
yang pertama kali dicatat oleh Allah di Lawhil mahfuzh adalah kalimat: ‘Aku
adalah Allah, tiada Tuhan kecuali Aku, barangsiapa yang diridhai oleh kedua
orang tuanya, maka Aku meri¬dhainya; dan barangsiapa yang dimurkai oleh
keduanya, maka Aku murka kepadanya.” (Jâmi’us Sa’adât, penghimpun kebahagiaan,
2: 263).
b.
Disayangi oleh Allah swt
Rasulullah saw bersabda kepada Ali bin Abi Thalib
(sa): “…Wahai Ali, Allah menyayangi kedua orang tua yang melahirkan anak karena
keberbaktiannya kepada mereka. Wahai Ali, barangsiapa yang membuat sedih kedua
orang tuanya, maka ia telah durhaka kepada mereka.” (Al-Faqîh 4: 371)
F.
Akhlak Seorang Muslim Terhadap Masyarakat
Terciptanya
masyarakat yang damai merupakan keinginan setiap warga negara,Islam pun menghendaki
kedamaian,dengan saling toleransi, agar komunikasi terhadap sesame manusia
lebih menonjol,karena tidak hanya Habluminallah sajah yang wajib kita
perhatikan juga ada habluminannas yang merupakan aspek penting menjalani
kehidupan ini dan habluminal’alam yang menuntut manusia untuk merawat serta
menjaganya dengan penuh mengharap ridho-Nya.
Untuk
itu Al-quran menekannkan hubungan manusia dengan memuat lebih banyak ayat-ayat
yang berbicara tentang ibadah sosial (ghairu mahdoh)daripada ibadah ritual
(mahdoh).
Kualitas ibadah seseorang dalam
islam bisa dilihat dari cerminan tingkah laku atau etika dalam
bergaul,berinteraksi serta karakter yang menonjol. Manusi harus mampu
menegakkan keadilah apalagi melihat realitanya sekarang keadilan sangat di butuhkan
dari mulai masyarakat kecil sampai para penjabat pun menuntut
keadilan,seharusnya seorang manusia yang bertawadlo mampu mendorong serta
berkeyakinan bahwa diri sendirinya adalah makhluk Allah yang wajib berbuat
keadilan dimana-mana,maka dengan prinsip demikian tidak akan adalah para tikus
Negara yang tak pernah berhenti menggerogoti karung sembako bangsa,tidak ada
lagi perbedaan antara simiskin dan sikaya,karena semuanya akan sama dihadapan
allah.
Islam
menggariskan bahwa akhlak muslim terhadap masyarakat adalah sebagi berikut :
Senantiasa
menegakkan keadilan di muka bumi.Syari’at islam telah memberikan Motivasi yang
kuat kepada manusia untuk senantiasa
1. menegakkan keadilan ditengah masyarakat
yang direalisasikan dalam suatu timbangan manusiawi yang mampu menempakan
sesuatu seuai tempatnya (‘Adil).Ia harus tegak berdiri menegakkan keadilan dan
menyuakan kebenarannya dimanapun ia berada dengan berpijak kepada
keadaan,kebiasaan (‘adah) yanga ada disekelilingnya.
Adil
tidak berarti berdiri di tempat yang netral,melainkan memihak kepada
kebenaran,dengan berpedoman kepada standar yang tetap,yakni nilai-nilai
Ilahiyah.Menegakkan keadilan mengharuskan manusia untuk senantiasa berada di
tengah perjuangan yang bukan hanya menghadapi orang lain berarti,menentukan
sikap melalui argumentasi yang kuat,sedangkan menghadapi dirinya sendiri adalah
menghilangkan subyektivitas yang selalu menyertai pikiran dan tindakannya.
Rasulallah pernah bersabda قل لحق ولو كان
مر “katakanlah walaupun itu pahit.
Penjelasan
di atas terlihat secara segnifikan bahwa kejujuran dan keadilan adalah dua
karakteristik sifat yang wajib kita pakai ketika hidup dimasyarakat.karena
dengan kejujuran maka keadilan pun akan muncul mengirinya.
2. Seorang muslim harus menjadikan masyarakat
sebagai lapangan dakwah dan aktualitas nilai-nilai keislaman.Dengan ini maka
setiap muslim harus menyadari sepenuhnya bahwa dakwah merupakan kewajiban yang
harus ditunaikan karena بلغ ني ولو اية
Sampaikanlah walaupun satu ayat.
Maka
didalam sebuah pergaulan masyarakat, seorang muslim senantiasa mengemban misi
dan itu harus dipertahankan .Hal ini di dukung dengan al-qur’an Artinya :
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah,
mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya Aku termasuk
orang-orang yang menyerah diri?"(Q.S. Al-fushshilat :33).
Dakwah
yang diterapkan Rasulallah adalah dengan cara yang seadil-adilnya tanpa
menimbulkan permusuhan kepada para mustami’,Karena tidak ada paksaan pada diri
rasulallah,dikategorikan dakwah yang baik menurut beliau,karena jika berdakwah
tanpa terpaksa maka implementasinya pun tidak akan pernah ada paksaan,trik yang
dilakukan rasulallha dalam berdakwah adalah sebagai berikut
Artinya
: Abu sa’id Alkhudry r.a. berkata:Saya telah Rasulallah SAW bersabda:Barang
siapa yang antara kalian melihat kemungkaran,hendaklah dia merubahnya dengan
tangannya dan bila tidak dapat maka dengan mulutnya (lisannya) , apabila tidak
dapat maka dengan hatinya,dan itu selemah-lemahnya iman.(HR.Muslim).
3. Seorang muslim harus senantiasa melakukan
amar ma’ruf nahy munkar.Artinya,seorang muslim tidak bisa menjadi seorang yang
permisif,acuh tak acuh,cuek terhadap lingkungannya,Tetapi seorang muslim ketika
berada di mana saja harus senantiasa mengajak terhadap kebaikan juga mencegah
terhadap kemunkaran,yaitu suatu penyimpangan dari aturan yang telah digarisi
oleh Allah dan rasul-Nya.Hal ini dilakukan sebagaimana kemampuan mulim
tersebut,di dukung oleh Allah yaitu khairul ummah bahwa sebaik-baiknya manusia adalah yang
masih mampu mengajak kepada Amar ma’ruf nahy munkar.Hal ini pun dikategorikan
sebagai dakwah.
Dikisahkan
dari sejarah salah satu madzhab yang diikuti ajarannya oleh umat islam yaitu
Imam Asy-Syafi’I,Beliau adalah seorang yang berakhlak baik lagi
Tawadhu’.Orang-orang datang kepada beliau guna belajar adab dari beliau sebelum
belajar ilmu,itu karena adab lah yang lebih penting dalam kehidupan.
Suatu
hari,al-Buwaithi menulis surat kepada ar-Rabi’ bin Sulaiman,yang isinya
menceritakan sebagian akhlak Asy-Syafi’i.Ia berkata : “Sabarkan dirimu terhadap
orang-orang asing dan baguskanlah dirimu terhadap orang-orang yang hadir dalam
majelismu.Aku selalu mendengar Asy-syafi’I melantunkan syair
Kuhinakan
diriku kepada mereka
Agar
mereka merhormatinya
Tidak
ada menjadi mulia jiwamu yang tidak kau hinakan
Dari
kisah tadi dijelaskan bahwa seorang Imam mengajak jamahnya menghormati ajakan
baik maka berendah dirilah dihadapan
jama’ah aitu,jangan sekali-kali menunjukan kesombongan dan mesra menggurui
terhadap para mustami’.Bertawadho’ lah seperti apa yang Allah perintahkan :
3. Seorang Muslim senantiasa mempunyai peran
dan nilai positif (bermanfaat) bagi masyarakatnya.Demikianlah bagaimana menjadi
seorang yang dibutuhkan sesamanya,merasa lebih bermakna apabila hidup ini
dipergunakan demi kemakmuran bersama,membawakan kebaikan disetiap sudut
kehidupan,maka berbahagailah orang yang mengamalkan hadits nabi berikut :
“sebaik-baiknya manusia adalah yang memberikat
manfaat terhadapnya (manusia).
Sebagai
makhluk sosial adalah kodrat manusia maka itu adalah tuntutan untuk tahu
bagaimana keadaan kanan kiri kita,depan belakang kita serta perwujudan yang
tercermin dari sosok seorang manusia yang tak ada arti apa-apa dihadapan Allah
jika dibandingkan dengan betapa besar keangunganya,maka tidak lah patut seorang
muslim menyimpan kesombongan dalam hatinya,semuanya sama
dihadapan-Nya.Sesungguhnya dikatakan bahwa orang mukmin yang paling sepurrna
adalah mereka yang baik akhlaknya,
Kebiasaan
atau adat yang dilakukan di suatu populasi masyarakat baik itu yang bersifat
rohaniyah maupun jasmaniyah maka menjadi nilai positif apabila diniatkan semata
mengharap ridho Allah.Rahmatnya Allah tidak akan berhenti mengalir bagi mereka
yang mau menjalankan perintahnya dengan penuh kesabaran dan ikhlas,Allah pula
ah yang menghendaki kita untuk senantiasa melangkah dan merasakan kehidupan
disetiap hembusan nafas,yang maha lembut,maha pemberi manfaat dalam seluruh
peristiwa dimuka bumi.
Jika
seorang muslim telah merasakan kehadiran Allah di seluruh jiwanya maka
perbuatan terpujilah yang senantiasa dilakukan tanpa lirikan manusia hanya
lirikan allah yang dirindukan,dari situ pula nilai manfaat akan muncul nilai
saling toleransi serta saring kasih mengasihi,merasa dirinya dibutuhkan oleh
orang lain,maka perbuatan baik (amal sholeh) pula yang akan membawa kita
terhadap jawaban amalan diakhirat nanti.
Seorang muslim selayaknya
menjadikan tentang ketiadaannya benar-benar dirasakan orang lain sebagai
sesuatu yang berharga bagi mereka.Dengan prinsif semacan itu maka diharapkan
akan tercipta tata masyarakat yang dikehendaki oleh islam,yaitu masyarakat yang
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Tauhidullah (Maha Esakan Allah)
b. Ukhuwwah (Persaudaraan)
c. Bersatu dalam satu tali Allah
d. Masawah (Persamaan)
e. Ta’awun (Tolong menolong)
f. ‘Adalah (Keadilan)
g. Musyawarah
a. Ummatan Wasathan (Umat yang penengah
/harmonis)
b. Takaful al-Ijtima’ (tanggung jawab
sosial)
c. Fastabiq al-Khairat (Berlomba dalam
kebaikan)
d. Tasamus (Toleransi)
e. Huriyyah (Kebesan)
f. Istiqamah (Teguh pendirian)
g. Jihad (Membela yang benar)
h. Ijtihad (Pengembangan pikiran)
(Ibadah
dan Akhlak dalam Islam.2002
akhlak
bertetangga diajarkan sebagai berikut:
(a) Melindungi rasa aman tetangga. Kata Nabi,
ciri karakteristik seorang muslim adalah, orang lain (tetangga) terbebas dari
gangguannya, baik gangguan dari kata-kata maupun dari perbuatan fisik.
(b) Menempatkan tetangga (yang miskin) dalam
skala prioritas pembagian zakat.
(c) Memberi salam jika berjumpa.
(d) Menghadiri undangannya.
(e) Menjenguk tetanggga yang sakit.
(f) Melayat atau mengantar jenazah tetangga
yang meninggal dunia.
(g) berempati kepada tetangga
Adapun
didalam alqur''an ayat yang mneyoroti akhlak kepada tetangga, dan masyarakat
adalah surat annisaa ayat 36 , Allah Berfirman :
“Sembahlah
Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat
baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh[294], dan teman sejawat,
ibnu sabil[295] dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Akhlak
merupakan perbuatan terpuji dimana hal tersebut harus ditanamkan pada diri
peserta didik. Orang tua berperan penting dalam pembentukan akhlak karena orang
tua mempunyai kewajiban untuk menanamkan akhlak karimah terhadap anak-anaknya.
Kita
sebagai Muslim yang baik tentunya memiliki kewajiban untuk berbakti kepada
orang tua kita, baik ibu maupun ayah.Agama Islam mengajarkan dan mewajibkan
kita sebagai anak untuk berbakti dan taat kepada ibu-bapak. Taat dan berbakti
kepada kedua orang tua adalah sikap dan perbuatan yang terpuji, ada banyak cara
untuk berbakti dan bersikap sopan santun kepada orang tua.
Medurhakai
orang tua akan mendapatkan ganjaran yang amat pedih sebaliknya berbakti kepada
orang tua akan mendapatkan ganjaran yang setimpal baik didunia maupun di
akhirat karena keridhaan Allah terletak pada keridhaan kedua orang tua.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Bukhori. Umar. hadits tarbawi dalam
perspektif hadits. Jakarta: Amzah. 2014.
2.
Deden, Makbuloh. Pendidikan Agama Islam:
Arah Baru Pengembangan Ilmu dan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta:
Rajawali Pers. 2011.
No comments:
Post a Comment