MAKALAH
AKHLAK
PRIBADI
Disusun
oleh:
1. Ilyas
syarif (16.0101.0044)
2. Ida
kurniyawati (16.0101.0047)
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2016/2017
Kata
Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga saya
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang
sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam
profesi keguruan.
Harapan saya semoga makalah ini membantu
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat
memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak
kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu
saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Magelang, Desember 2016
Kelompok 11
Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar
Daftar isi
1. Bab
1 (pendahuluan)
a. Latar
belakang
b. Rumusan
masalah
c. Tujuan
2. Bab
2 (pembahasan)
a. Pengertian
akhlak pribadi
b. Macam
– macam akhlak terhadap diri sendiri
c. Cara
Memelihara Akhlak Terhadap Diri Sendiri
d. Manfaat
Akhlak Terhadap Diri Sendiri
e. Faktor
yang Berpengaruh Terhadap Akhlak Seseorang.
3. Bab
3 (penutup)
a. Kesimpulan
b. Saran
c. Daftar
pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Globalisasi
telah melanda dunia dimana-mana yang selama ini mapan mudah berubah akibat
tidak ada batasan lagi antara ruang dan waktu, sehingga nilai-nilai tersebut
berubah menjadi relevan dan subjektif. Semua yang berkaitan perilaku , budi
pekerti, akhlak dan moral tidak bisa dikatakan objektif, karena nilai yang
dianggap sebagai landasan perilaku itu sendiri mudah berubah. Hal-hal yang
belakangan ini muncul yaitu suatu perilaku batasan antara pornografi dan
pornoaksi dengan seni yang sangat tipis dan berpakaian yang ketat, minim
merupakan bagian dari pada seni yang saat ini telah merajalela menjadi sebuah
nilai budaya atau bagian dari seni yang umum untuk masyarakat khususnya remaja
mudaDi lingkungan pelajar dan mahasiswa misalnya, sering kita dengar tawuran
antar pelajar, siswa-siswi yang tidak berakhlak, dan pergaulan bebas. Oleh
karena itu dibutuhkan penguat kembali berdasarkan Al-quran dan Al-Hadist.
Akhlak inilah berperan sebagai cermin pribadi seseorang apakah punya rasa malu,
muru’ah, amanah, jujur, adil, lemah, kasih sayang terhadap sesama, dermawan dan
ikhlas dalam bernuat, suka menolong dan lain sebagainya.
2. Rumusan Masalah
Rumusan
masalah ini antara lain :
a. Apa hakikat akhlak pribadi ?
b. Apa saja macam akhlak pribadi yang baik?
c. Apa saja macam akhlak pribadi yang buruk
?
d. Bagaimana contoh dalam penerapan akhlak
pribadi dalam penerapan kesehariannya ?
3. Tujuan Penulisan
Selain
untuk memnuhi tugas dari dosen, penulisan makalah ini bertujuan untuk mendalami
ilmu akhlak.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Akhlak Pribadi.
Yang
dimaksud dengan akhlak terhadap diri sendiri adalah sikap seseorang terhadap
diri pribadinya baik itu jasmani sifatnya atau ruhani. Kita harus adil dalam
memperlakukan diri kita, dan jangan pernah memaksa diri kita untuk melakukan
sesuatu yang tidak baik atau bahkan membahayakan jiwa.
Sesuatu
yang membahayakan jiwa bisa bersifat fisik atau psikis. Misalnya kita melakukan
hal-hal yang bisa membuat tubuh kita menderita. Seperti; terlalu banyak
bergadang, sehingga daya tahan tubuh berkurang, merokok, yang dapat menyebabkan
paru-paru kita rusak, mengkonsumsi obat terlarang dan minuman keras yang dapat membahyakan
jantung dan otak kita. Untuk itu kita harus bisa bersikap atau beraklak baik
terhadap tubuh kita. Selain itu sesuatu yang dapat membahayakan diri kita itu
bisa bersifat psikis. Misalkan iri, dengki , munafik dan lain sebagainya. Hal
itu semua dapat membahayakan jiwa kita, semua itu merupakan penyakit hati yang
harus kita hindari. Hati yang berpenyakit seperti iri dengki munafiq dan lain
sebagainya akan sulit sekali menerima kebenaran, karena hati tidak hanya
menjadi tempat kebenaran, dan iman, tetapi hati juga bisa berubah menjadi
tempat kejahatan dan kekufuran.
Untuk
menghindari hal tersebut di atas maka kita dituntut untuk mengenali berbagai
macam penyakit hati yang dapat merubah hati kita, yang tadinya merupakan tempat
kebaikan dan keimanan menjadi tempat keburukan dan kekufuran. Seperti yang
telah dikatakan bahwa diantara penyakit hati adalah iri dengki dan munafik.
Maka kita harus mengenali penyakit hati tersebut.
Dengki.
Orang pendeki adalah orang yang paling rugi. Ia tidak mendapatkan apapun dari
sifat buruknya itu. Bahkan pahala kebaikan yang dimilikinya akan terhapus.
Islam tidak membenarkan kedengkian. Rasulullah bersabda: “Abu Hurairah r.a.
meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. Bersabda, “hati-hatilah pada kedengkian
kaerena kedengkian menghapuskan kebajikan, seperti api yang melahap minyak.”
(H.R. Abu Dawud)
yang
mereka ucapkan tidak sama dengan apa yang ada di hati dan tindakannya. Adapun
tanda-tanda orang munafiq ada tiga. Hal ini dijelaskan dalam hadits,
yaitu:Munafiq. Orang munafiq adalah orang yang berpura-pura atau ingkar.
Dari
Abu hurairoh r.a. Rasulullah berkata: ” tanda-tanda orang munafiq ada tiga,
jika ia berbicara ia berdusta, jika berjanji ia mengingkari, dan jika diberi
amanat ia berkhianat.” (H.R. Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan an-Nisa’i)
B. Macam – macam
akhlak terhadap diri sendiri
1.
Berakhlak terhadap jasmani.
a.
Menjaga kebersihan dirinya
Islam
menjadikan kebersihan sebagian dari Iman. Ia menekankan kebersihan secara
menyeluruh meliputi pakaian dan juga tubuh badan. Rasulullah memerintahkan
sahabat-sahabatnya supaya memakai pakaian yang bersih, baik dan rapi
terutamanya pada hari Jum’at, memakai wewangian dan selalu bersugi.
b.
Menjaga makan minumnya.
Bersederhanalah
dalam makan minum, berlebihan atau melampau di tegah dalam Islam. Sebaiknya
sepertiga dari perut dikhaskan untuk makanan, satu pertiga untuk minuman, dan
satu pertiga untuk bernafas.
c.
Tidak mengabaikan latihan jasmaninya
Riyadhah
atau latihan jasmani amat penting dalam penjagaan kesehatan, walau bagaimnapun
ia dilakukan menurut etika yang ditetapkan oleh Islam tanpa mengabaikan hak-hak
Allah, diri, keluarga, masyarakat dan sebagainya, dalam artikata ia tidak
mengabaikan kewajiban sembahyang, sesuai kemampuan diri, menjaga muruah, adat
bermasyarakat dan seumpamanya.
d.
Rupa diri
Seorang
muslim mestilah mempunyai rupa diri yang baik. Islam tidak pernah mengizinkan
budaya tidak senonoh, compang-camping, kusut, dan seumpamanya. Islam adalah
agama yang mempunyai rupa diri dan tidak mengharamkan yang baik. Sesetengah orang
yang menghiraukan rupa diri memberikan alasan tindakannya sebagai zuhud dan
tawadhuk. Ini tidak dapat diterima karena Rasulullah yang bersifat zuhud dan
tawadhuk tidak melakukan begitu. Islam tidak melarang umatnya menggunakan
nikmat Allah kepadanya asalkan tidak melampau dan takabbur.
2.
Berakhlak terhadap akalnya
a.
Memenuhi akalnya dengan ilmu
Akhlak
Muslim ialah menjaganya agar tidak rusak dengan mengambi sesuatu yang
memabukkan dan menghayalkan. Islam menyuruh supaya membangun potensi akal
hingga ke tahap maksimum, salah satu cara memanfaatkan akal ialah mengisinya
dengan ilmu.
Ilmu
fardh ‘ain yang menjadi asas bagi diri seseorang muslim hendaklah diutamakan
karena ilmu ini mampu dipelajari oleh siapa saja, asalkan dia berakal dan cukup
umur. Pengabaian ilmu ini seolah-olah tidak berakhlak terhadap akalnya.
b.
Penguasaan ilmu
Sepatutnya
umat Islamlah yang selayaknya menjadi pemandu ilmu supaya manusia dapat bertemu
dengan kebenaran. Kekufuran (kufur akan nikmat) dan kealfaan ummat terhadap
pengabaian penguasaan ilmu ini.
Perkara
utama yang patut diketahui ialah pengetahuan terhadap kitab Allah, bacaannya,
tajwidnya, dan tafsirnya. Kemudian hadits-hadits Rasul, sirah, sejarah sahabat,
ulama, dan juga sejarah Islam, hukum hakam ibadat serta muamalah.
Sementara
itu umat islam hendaklah membuka tingkap pikirannya kepada segala bentuk ilmu,
termasuk juga bahasa asing supaya pemindahan ilmu berlaku dengan cepat.
Rasulullah pernah menyuruh Zaid bin Tsabit supaya belajar bahasa Yahudi dan
Syiria. Abdullah bin Zubair adalah antara sahabat yang memahami kepentingan
menguasai bahasa asing, beliau mempunyai seratus orang khadam yang
masing-masing bertutur kata berlainan, dan apabila berhubungan dengan mereka,
dia menggunakan bahasa yang dituturkan oleh mereka.
3.
Berakhlak Terhadap Jiwa
Manusia
pada umumnya tahu sadar bahwa jasad perlu disucikan selalu, begitu juga dengan
jiwa. Pembersihan jiwa beda dengan pembersihan jasad. Ada beberapa cara
membersihkan jiwa dari kotorannya, antaranya:
a.
Bertaubat
b.
Bermuqarabah
c.
Bermuhasabah
d.
Bermujahadah
e.
Memperbanyak ibadah
f.
Menghadiri majlis Iman
C. Cara
Memelihara Akhlak Terhadap Diri Sendiri
Cara
untuk memelihara akhlak terhadap diri sendiri antara lain :
1).
Sabar, yaitu perilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil dari
pengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa yang menimpanya.Sabar
diungkapkan ketika melaksanakan perintah, menjauhi larangan dan ketika ditimpa
musibah.
2).
Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak bisa
terhitung banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan.
Syukur dengan ucapan adalah memuji Allah dengan bacaan alhamdulillah, sedangkan
syukur dengan perbuatan dilakukan dengan menggunakan dan memanfaatkan nikmat
Allah sesuai dengan aturan-Nya.
3).
Tawaduk, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang dihadapinya,
orang tua, muda, kaya atau miskin. Sikap tawaduk melahirkan ketenangan jiwa,
menjauhkan dari sifat iri dan dengki yang menyiksa diri sendiri dan tidak
menyenangkan orang lain.
4).
Shidiq, artinya benar atau jujur. Seorang muslim harus dituntut selalu berada
dalam keadaan benar lahir batin, yaitu benar hati, benar perkataan dan benar
perbuatan.
5).
Amanah, artinya dapat dipercaya. Sifat amanah memang lahir dari kekuatan iman.
Semakin menipis keimanan seseorang, semakin pudar pula sifat amanah pada
dirinya. Antara keduanya terdapat ikatan yang sangat erat sekali. Rosulullah
SAW bersabda bahwa “ tidaj (sempurna) iman seseorang yang tidak amanah, dan
tidak (sempurna) agama orang yang tidak menunaikan janji.” ( HR. Ahmad )
6).
Istiqamah, yaitu sikap teguh dalam mempertahankan keimanan dan keislaman
sekalipun menghadapi berbagai macam tantangan dan godaan. Perintah supaya
beristiqamah dinyatakan dalam Al-Quran pada surat Al- Fushshilat ayat 6 yang
artinya “ Katakanlah bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu,
diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, maka
istiqamahlah menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya. Dan kecelakaan yang
besarlah bagi orang-orang yang bersekutukan-Nya.”
7).
Iffah, yaitu menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik dan memelihara
kehormatan diri dari segala hal yang akan merendahkan, merusak, dan
menjatuhkannya. Nilai dan wibawa seseorang tidak ditentukan oleh kekayaan dan
jabatannya dan tidak pula ditentukan oleh bentuk rupanya, tetapi ditentukan
oleh kehormatan dirinya.
8).
Pemaaf, yaitu sikap suka member maaf terhadap kesalahan orang lain tanpa ada
sedikitpun rasa benci dan keinginan untuk membalas. Islam mengajarkan kita
untuk dapat memaafkan kesalahan orang lain tanpa harus menunggu permohonan maaf
dari yang bersalah.
D. Manfaat
Akhlak Terhadap Diri Sendiri
1.
Berakhlak terhadap jasmani:
–
jauh dari penyakit karena sering menjaga kebersihan
–
tubuh menjadi sehat dan selalu bugar
–
menjadikan badan kuat dan tidak mudah lemah
2.
Berakhlak terhadap akalnya:
–
memperoleh banyak ilmu
–
dapat mengamalkan ilmu yang kita peroleh untuk orang lain
–
membantu orang lain
–
mendapat pahala dari Allah SWT
3.
Berakhlak terhadap jiwa:
–
selalu dalam lindungan Allah SWT
–
jauh dari perbuatan yang buruk
–
selalu ingat kepada Allah SWT
E. Faktor yang
Berpengaruh Terhadap Akhlak Seseorang.
Akhlak
Pribadi seseorang tidaklah selalu baik. Karena pada dasarnya akhlak seseorang
itu ada dua macam yaitu akhlak baik dan aklak buruk. Ada juga akhlak pribadi
seseorang yang baik kemudian dapat berubah menjadi buruk karena iman seseorang
yang kurang kuat dan terpengaruh oleh beberapa faktor dari luar diantaranya :
a. Faktor Lingkungan
Jika
kita hidup dalam lingkunga yang bukan kaum muslim, yang keseharianya
masyarakatnya berbuat maksiat, maka seseorang terkadang imannya akan goyah.
Oleh karena itu iman yang kuat dibutuhkan oleh kaum muslim. Dan sebaiknya
berhati-hatilah dalam memilih lingkungan.
b. Faktor teman
Teman
dapat mempengaruhi akhlak seseorang ibaratnnya “ jika kita dekat dengan penjual
parfum maka kita akan harum, dan jika kita dekat dengan penjual tembakau maka
kita akan bau tembakau “ jadi pada intinya teman dapat mempengaruhi akhlak
seseorang. Oleh karena itu kita harus pandai-pandai dalam bergaul agar akhlak
kita tidak terpengaruh kepada orang lain. Tentunya akhlak yang tidak baik.
c. Faktor intern
Yaitu faktor yang timbul dari dalam diri
manusia itu sendiri. Adapan yang termasuk dalam faktor intern adalah sebagai
berikut : Gharizah atau naluri (instink) Menurut Prof. Dr. Ahmad Amin gharizah
adalah suatup embawaan yang menyebabkan seseorang itu dapat berbuat apa yangdi
kehendakinya tanpa lebih dahulu melakukan apa yang akandi perbuatnya untuk
mengerjakan perbuatan ini.
Oleh
karena ada beberapa cara agar akhlak pribadi seseorang terbentuk baik
diantaranya sebagai berikut :
a. Akidah (Keyakinan) Yang Benar
b. Berdo’a kepada Allah SWT
c.
Mujahadah (Perjuangan)
d.Muhasabah
(Intropeksi Diri )
e.
Tafakkur (Merenung) Dampak positif dari Akhlak Mulia
f.
Melihat dampak negatif dari akhlak tercela
g.Jangan
Pernah Berputus asa
h.
Bercita – cita yang Tinggi
i.
Berpaling dari orang-orang yang bodoh (Jahil)
j.
Terbuka dengan Kritikan dan Saran
k
Bersahabat dengan orang memiliki akhlak mulia
l.
Membaca Buku-buku tentang akhlak
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Akhlak
terhadap diri sendiri adalah sikap seseorang terhadap diri pribadinya baik itu jasmani
sifatnya atau rohani. Kita harus adil dalam memperlakukan diri kita, dan jangan
pernah memaksa diri kita untuk melakukan sesuatu yang tidak baik atau bahkan
membahayakan jiwa.
Cara
untuk memelihara akhlak terhadap diri sendiri yaitu dengan sabar, shidiq,
tawaduk, syukur, istiqamah, iffah, pemaaf dan amanah.
B.
Saran
Demikian
makalah ini kami susun, semoga dengan membaca makalah ini dapat dijadikan
pedoman kita dalam melangkah dan bias menjaga akhlak terhadap diri sendiri.
Apabila ada kekurangan dalam penulisan makalah ini, kami mohon maaf yang
setulus-tulusnya.
Daftar
pustaka
Djatnika,rahmat.1996.
Sistem Etika Islami : Akhlak Mulia.Jakarta: Pustaka Panjimas.
Faridl,miftah.1997.Etika
Islam: Nasehat Islam untuk Anda.Bandung: Pustaka.
Jabir El Jazairi,Abu
bakar.1993.Pola Hidup Muslim (Minhajul Muslim): Etika.Bandung :
PT Remaja Rosdakarya.
No comments:
Post a Comment